Gedung Putih mengonfirmasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan istri, Jill Biden, akan menghadiri pemakaman Ratu Elizabeth.
Istana Elysee menyatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga akan hadir ke pemakaman sambil menegaskan hubungan "yang tak terpatahkan" antara Paris-London.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hingga Presiden Brasil Jair Bolsonaro juga akan menghadiri prosesi pemakaman Ratu Elizabeth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen sampai Kepala Dewan Eropa Charles Michel juga turut hadir meski Inggris baru saja keluar dari blok tersebut.
Pemimpin dunia lainnya yang dijadwalkan hadir antara lain Presiden Italia Sergio Mattarella, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, Presiden Israel Isaac Herzog, dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol.
Sejumlah pemimpin dari negara Persemakmuran juga akan hadir seperti Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, dan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe dan Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama.
Rusia dan Belarusia termasuk sekelompok kecil negara yang tak diundang ke pemakaman Ratu Elizabeth.
Hal itu menyusul sanksi dan larangan Presiden Vladimir Putin bepergian ke Inggris menyusul invasi Rusia ke Ukraina, menurut sumber pemerintah Inggris.
Presiden Putin juga telah mengatakan dia tidak akan hadir.
Meski begitu, Rusia menegaskan tidak mengundang perwakilan negaranya ke pemakaman Ratu Elizabeth merupakan tindakan tidak bermoral dan bentuk penghinaan.
Tetapi tidak mengundang perwakilan Rusia ke pemakaman ratu "sangat menghujat ingatan Elizabeth II" dan "sangat tidak bermoral", kata kementerian luar negeri di Moskow pada hari Kamis.
Selain Rusia dan Belarus, Myanmar dan Korea Utara juga tidak diundang ke pemakaman Ratu Elizabeth. Sebab, Myanmar masih dipimpin oleh rezim junta militer yang melancarkan kudeta berdarah pada 2021 lalu.
Sementara itu, Korut tak diundang lantaran sanksi internasional dan ambisinya mengembangkan senjata nuklir dan teknologi rudal.
(rds)