Togo merupakan sebuah wilayah Protektorat Jerman yang dideklarasikan sejak 1884 dengan nama Togoland.
Saat Perang Dunia I pecah, Pasukan Prancis dan Britania Raya menyerbu Togo pada 26 Agustus 1914. Kekaisaran Jerman sempat melawan, tetapi pada akhirnya menyerah tanpa syarat.
Imbas kekalahan itu, Jerman harus menyerahkan Togoland ke mereka. Wilayah ini lalu dibagi menjadi zona administratif Prancis, yang disebut Togoland Prancis, dan zona administratif Britania Raya, yang disebut Togoland Britania, pada 1916.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai PD I berakhir Togoland Britania menjadi mandat Liga Bangsa-Bangsa.
Pada 1934, Perang Dunia II pecah. Setelah berakhir, status Togoland Britania Raya menjadi Wilayah Kepercayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meski masih di bawah kekuasaan Inggris.
Kemudian pada 1956, Togoland Britania menggelar referendum. Banyak masyarakat yang ingin wilayah ini bergabung dengan Pantai Emas Britania, sebuah koloni Inggris di Teluk Guinea.
Kemudian pada 1957, Inggris memberitahu PBB bahwa Pantai Emas memperoleh kemerdekaan dan berubah nama menjadi Ghana.
Sementara itu, Togoland Prancis berhasil mencapai kemerdekaan pada 1960. Negara ini kemudian berganti menjadi Republik Togo.
Setelah lebih dari setengah abad merdeka, Togo ingin memperluas kerja sama di tingkat global. Pada 2014, mereka mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Negara Persemakmuran.
Kemudian pada Juni 2022, Togo resmi bergabung dengan Negara Persemakmuran.
Menteri Luar Negeri Togo Robert Dussey mengatakan motivasi negara itu untuk bergabung dengan Persemakmuran yakni untuk memperluas jaringan diplomatik, politik dan ekonominya, demikian dikutip Anadolu Agency.
Mozambik merupakan bekas jajahan Portugal. Lalu pada 1975 mereka meraih kemerdekaan usai perang dengan militer Portugal.
Mozambik menjadi negara Afrika Barat pertama yang bergabung dengan Persemakmuran, yakni pada 1995.
Negara yang pernah menjajah Rwanda yakni Jerman pada 1884. Kemudian pada 1916, Belgia menginvasi negara ini.
Negara Afrika itu lalu mendapat kemerdekaan dari Belgia pada 1962.
Permohonan Rwanda untuk menjadi anggota Persemakmuran dimulai sejak 1996. Negara ini menyadari bahwa hubungan geografis, sejarah, budaya dan perdagangan dengan negara-negara Persemakmuran akan memerlukan jenis kerjasama yang lebih kuat dan lebih formal, demikian dikutip The Africa Report.
Rwanda menganggap menjadi anggota Persemakmuran bisa meningkatkan saling ketergantungan politik dan ekonomi di antara mereka.
Negara ini juga ingin belajar dari anggota Persemakmuran lain sekaligus menyumbangkan pengalaman sendiri.
Rwanda pernah mengalami genosida pada 1994. Pengalaman ini dianggap bisa menjadi modal pelajaran yang berguna bagi negara-negara anggota Persemakmuran, terutama mereka yang berada dalam situasi pasca-konflik.
(isa/rds)