Empat wilayah pro-Rusia di Ukraina menggelar referendum untuk bergabung dengan Negeri Beruang Merah. Dua dari empat wilayah itu sudah pernah menggelar referendum keluar dari Ukraina.
Rencana referendum ini pertama kali mencuat dari seorang pejabat separatis pro-Rusia di Luhansk, Denis Miroshnichenko. Ia mengatakan bahwa referendum bakal digelar pada 23-27 September.
"Dewan Rakyat menetapkan hari referendum mulai 23 September," kata Miroshnichenko, seperti dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelah itu, tiga wilayah lainnya, yaitu Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia juga mengumumkan bakal menggelar referendum di hari yang sama.
Rusia pun mendukung referendum ini. Pemungutan suara ini dapat memuluskan langkah negaranya untuk kembali "mencaplok" wilayah Ukraina setelah Crimea pada 2014 lalu.
Berikut detail wilayah Ukraina yang akan menggelar referendum.
Rencana referendum di Zaporizhzhia sebenarnya sudah mencuat sejak Juli lalu. Saat itu, Kepala pemerintahan pro-Rusia di Zaporizhzhia, Evgeny Balitsky, mengaku sudah merencanakan mekanisme referendum tersebut.
"Mekanismenya sedang digodok. Referendum ini akan menentukan apa yang diinginkan penduduk kawasan Zaporizhzhia dan bagaimana mereka ingin hidup," ujar Balitsku, seperti dikutip Reuters.
Rusia, saat ini, memang telah menguasai sebagian besar kawasan Zaporizhzhia. Kawasan ini terletak di selatan Ukraina, tapi dekat dengan Donbas, wilayah timur yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia.
Sama seperti Zaporizhzhia, isu referendum di Kherson juga sudah mengemuka sejak lama, yaitu Mei lalu. Pemerintah boneka Rusia di Kherson pun berencana mengajukan permintaan resmi ke Putin untuk mencaplok wilayah ini dari Ukraina.
"Akan ada permintaan untuk menjadikan kawasan Kherson bagian dari Federasi Rusia," kata pejabat di Kherson, Kirill Steremousov, seperti dikutip TASS.
Kherson disebut akan sepenuhnya diperintah dengan undang-undang Rusia akhir 2022 ini.
Kelompok separatis yang menguasai kawasan di timur Ukraina, Republik Rakyat Donetsk, juga menyatakan ingin bergabung dengan Rusia.
Pemimpin Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin, mengaku wilayahnya sudah mempertimbangkan untuk bergabung dengan Rusia sejak lama.
"Mengenai bergabung dengan Federasi Rusia, seperti keinginan dan aspirasi, kami memang berkeinginan untuk bergabung dengan wilayah Rusia jika dilacak sejak 2014 lalu," ujar Pushilin pada akhir Maret lalu kepada Kantor Berita Donetsk.
Pada 2014 lalu, Donetsk memang bergolak. Saat itu, para aktivis pro-Rusia mendesak pembentukan pemerintahan otonom. Sebagian dari mereka juga meminta agar dapat bergabung dengan Rusia.
Mereka lantas menggelar referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina pada 11 Mei 2014. Menurut laporan Associated Press, penyelenggara referendum mengklaim sebanyak 96,3 persen warga Donets memilih merdeka.
Hasil referendum ini tak pernah diakui. Namun, kelompok separatis tetap memproklamasikan pembentukan Republik Rakyat Donetsk.
Bara masalah di Donetsk sebetulnya sudah menyala sejak lama. Bagaimana kisahnya? Baca di halaman berikutnya >>>