Dua warga Rusia menembaki tempat perekrutan wajib militer hingga melukai salah satu petugas pada Senin (26/9), di tengah gelombang protes atas perintah mobilisasi Presiden Vladimir Putin pekan lalu.
AFP melaporkan bahwa insiden ini terjadi di salah satu pos perekrutan wamil di Kota Ust-Ilimsk di Irkutsk.
Gubernur kawasan setempat, Igor Kobzev, mengatakan bahwa petugas perekrutan yang terluka kini sedang dalam perawatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dokter berjuang menyelamatkan nyawanya. Saya malu ini terjadi di waktu kita seharusnya bersatu. Kita seharusnya tak saling lawan, tapi bersatu melawan ancaman nyata," ucapKobzev.
Sementara korban dirawat, penyelidikan terus berlangsung. Penyelidik mengungkap bahwa pelaku merupakan pemuda berusia 25 tahun dan seorang perempuan yang mengaku sebagai ibu pria itu.
Menurut sang ibu, anaknya "sangat kecewa" karena temannya yang tak memiliki pengalaman militer tetap dipanggil untuk wamil.
Mereka heran karena pekan lalu, Putin hanya memerintahkan mobilisasi parsial. Artinya, hanya warga dari kelompok tertentu yang akan direkrut untuk mobilisasi wamil.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa mereka hanya merekrut warga yang pernah mengabdi di militer atau sudah memiliki kemampuan tempur.
Sementara itu, teman pelaku penembakan kali ini sama sekali tak memiliki pengalaman di bidang militer.
"Mereka bilang hanya mobilisasi parsial, tapi ternyata mereka merekrut semua orang," ujar sang ibu, Marina Zinina.
Selama sepekan belakangan sejak Putin mengumumkan perintah mobilisasi itu, gelombang protes memang tak hentinya menerjang berbagai penjuru di Rusia.
Media Ukraina, Kyiv Post, melaporkan bahwa lebih dari 20 tempat rekrutmen wamil sudah menjadi target massa sejak Putin mengumumkan mobilisasi itu pekan lalu.
Menjelang akhir pekan, situasi kian panas. Media investigasi Rusia, Novaya Gazeta, melaporkan pembakaran terjadi di sejumlah daerah.
Keputusan Putin ini juga memicu aksi demonstrasi di berbagai kota di Rusia. Orang-orang yang tak ikut berdemonstrasi memilih langsung kabur ke luar negeri, memicu kenaikan volume kendaraan di perbatasan Rusia.