Iran bersumpah bakal menindak selebritas sampai wartawan yang mendukung protes kematian Mahsa Amini.
Perempuan 22 tahun itu meninggal dunia pada 16 September dalam penahanan polisi moral Iran karena tidak mengenakan jilbab atau hijab yang "tak sesuai" aturan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menindak selebritas yang memanaskan api kerusuhan," kata Gubernur Provinsi Teheran, Mohsen Mansouri, kepada kantor berita Iran, ISNA.
Kepala Hakim Iran, Gholamhossein Mohseni Ejei, juga sempat menuturkan bahwa tokoh publik atau "orang-orang yang menjadi terkenal atas dukungan sistem telah bergabung dengan musuh saat situasi sulit."
Sebagaimana diberitakan AFP, produser film, atlet, musisi, dan aktor telah memberikan dukungan mereka terhadap demonstrasi di Iran.
Ini tampak kala tim sepak bola nasional Iran mengenakan pakaian olahraga hitam dalam pertandingan melawan Senegal di Vienna. Banyak orang yang menilai tindakan tersebut merupakan sinyal yang berkaitan dengan demonstrasi di Iran.
Tak hanya mengancam menindak tegas selebritas dan tokoh publik lainnya, Iran juga telah menindak tegas sejumlah media dan reporternya yang lantang menyuarakan protes kematian Amini.
Salah satu reporter yang sempat meliput pemakaman Amini, Elahe Mohammadi, ditangkap pemerintah Iran pada Kamis (29/9).
Kepolisian juga menangkap jurnalis media Shargh, Niloufar Hamedi, yang pergi ke rumah sakit tempat Amini dirawat kala koma dan membantu menguak kasus ini.
Komite Perlindungan Jurnalis juga menuturkan sebanyak tiga jurnalis lain, yakni Farshid Ghorbanpour, Aria Jaffari, dan Mobin Balouch, ditangkap pemerintah.
Badan tersebut juga menuturkan total 28 jurnalis ditangkap kala protes berlangsung.
Sementara itu, pejabat intelijen militer Iran mengaku telah menangkap 50 anggota "jaringan terorganisasi" yang menjadi dalang kerusuhan di Kota Qom, dikutip dari media Fars.
Kematian Amini, seorang perempuan Kurdi yang ditangkap karena melanggar aturan berhijab Iran, menuai amarah masyarakat bahkan dunia.
Puluhan ribu warga Iran, terutama di wilayah Kurdistan, terus menggelar demonstrasi yang tak jarang berakhir bentrok dengan aparat. Para pedemo meneriakkan slogan "Perempuan, Hidup, Bebas!"
Beberapa perempuan yang hadir di demo tersebut bahkan memotong rambut dan membakar hijab mereka di depan publik sebagai bentuk solidaritas terhadap Amini.
Akibat demo ini, pemerintah mengerahkan gas air mata dan bahkan peluru tajam untuk mengatasi demo.
Berdasarkan organisasi Hak Asasi Manusia Iran, jumlah kematian akibat protes ini mencapai setidaknya 83 orang. Beberapa dari mereka adalah anak-anak.