DPR Rusia Syok Putin KO di Lyman Ukraina: Tak Bisa Berkata-kata

CNN Indonesia
Senin, 03 Okt 2022 11:00 WIB
Wakil ketua parlemen Duma sekaligus eks jenderal Rusia, Andrei Gurulev, kehabisan kata merespons kekalahan pasukan Putin dari Ukraina di kota kunci Donetsk.
Wakil ketua parlemen Duma sekaligus eks jenderal Rusia, Andrei Gurulev, kehabisan kata merespons kekalahan pasukan Putin dari Ukraina di kota kunci Donetsk. (Foto: AFP/MIKHAIL METZEL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pejabat Rusia ramai-ramai mengkritik kepemimpinan militer setelah pasukan Moskow kalah di Lyman, kota kunci di Donetsk, dan ditendang dari dua wilayah di Kherson oleh tentara Ukraina.

Wakil ketua parlemen (Duma) sekaligus mantan jenderal Rusia, Letnan Jenderal Andrei Gurulev, mengatakan dia tidak bisa menjelaskan tentang "menyerahnya" pasukan Negeri Beruang Merah dari sudut pandang militer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak mengerti mengapa mereka (militer Rusia) tidak menilai dengan benar situasi pada waktu itu, tidak memperkuat pasukan," kata Gurulev kepada saluran digital pro-Kremlin, Soloviev Live, pada Minggu (2/10).

"Ini mungkin tonggak penting tidak hanya militer, tetapi juga politik, terutama sekarang," kata eks Komandan Angkatan Darat Rusia ke-58 itu menambahkan.

Gurulev bahkan mengkritik rezim Putin yang dinilainya banyak menutupi situasi sebenarnya terkait operasi militer Rusia di Ukraina.

"Masalahnya adalah kebohongan umum, soal laporan situasi yang baik dan terkendali. Sistem ini berjalan dari atas ke bawah," paparnya.

Media pemerintah Rusia, Russia-24 membeberkan alasan penarikan pasukan dari Lyman adalah karena "musuh menggunakan artileri buatan Barat dan intelijen dari negara NATO."

[Gambas:Video CNN]

Tak hanya Gurulev, loyalis utama Putin sekaligus pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, bahkan semakin getol mengkritik bosnya itu.

Kadyrov bahkan marah dan mengecam para jenderal Rusia akibat penarikan pasukan dari Lynman dan beberapa wilayah di Kherson.

"Pasukan tidak diberikan komunikasi, interaksi, dan pasukan amunisi yang diperlukan," kritik Kadyrov di saluran Telegramnya.

Kadyrov bahkan menyalahkan komandan Distrik Militer Pusat Alexander Lapin atas kekalahan Rusia di Lyman. Kadyrov menuduh Lapin memindahkan markas besarnya ke Starobelsk sebagai bentuk melarikan diri dari medan perang.

"Dia (Lapin) memindahkan markas besarnya ke Starobelsk, seratus kilometer jauhnya dari para pasukannya. Dia bersembunyi di Luhansk," kata Kadyrov.

"Bukanlah memalukan bahwa Lapin biasa-biasa saja, tetapi fakta bahwa dia ditutupi di atas oleh para pemimpin di Staf Umum Militer Rusia," katanya dalam unggahan di Telegram.

"Tidak ada tempat untuk nepotisme di militer, terutama di masa-masa sulit ini," paparnya lagi.

Kadyrov juga juga mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Kremlin menggunakan setiap senjata yang dimilikinya, menambah kekhawatiran bahwa tekanan dapat meningkat pada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina .

"Menurut pendapat pribadi saya, kita perlu mengambil tindakan yang lebih drastis, termasuk mengumumkan darurat militer di wilayah perbatasan dan menggunakan senjata nuklir hasil rendah," kata Kadyrov seperti dikutip CNN.

"Tidak perlu membuat setiap keputusan dengan mempertimbangkan komunitas Amerika dan Barat," ucapnya.

Hujanan kritik terhadap para jenderal Rusia ini datang setelah Ukraina berhasil melancarkan perlawanan sengit hingga menendang pasukan Rusia dari Lyman, Donetsk, dan dua wilayah lain di Kherson. Kedua wilayah itu telah dicaplok Rusia pada Jumat pekan lalu.

Ukraina berhasil menyapu bersih tentara Rusia hanya berselang sehari setelah mereka memasuki kota di utara Donetsk tersebut.

Pergerakan pasukan Ukraina ini semakin meyakinkan banyak pihak jika Rusia sebenarnya semakin terdesak dalam melancarkan invasinya bahkan setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan pencaplokan empat wilayah eks negara Uni Soviet itu.

Rusia mendeklarasikan pencaplokan usai keempat wilayah itu menggelar referendum. Hasil referendum "semu" mengklaim mayoritas warga di empat wilayah pendudukan Rusia itu ingin bergabung dengan Negeri Beruang Merah.



(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER