Jakarta, CNN Indonesia --
Dua sekutu dekat Presiden Vladimir Putin mencemooh kekalahan pasukan Rusia dari Ukraina di kota kunci Lyman, Donetsk.
Pemimpin Chechnya sekaligus loyalis Putin, Ramzan Kadyrov semakin getol mengkritik strategi sang presiden dalam melancarkan invasi Rusia ke Ukraina.
Kadyrov menyarankan Rusia mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir taktis kecil di Ukraina demi merespons perlawanan sengit pasukan Presiden Volodymyr Zelensky.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sarannya itu, Kadyrov turut menyinggung para jenderal militer Rusia pilihan Putin yang dinilainya korup. Ia bahkan meminta Putin memecat para komandan militer yang bertugas di Lyman dan beberapa titik lainnya di mana pasukan Rusia kalah.
[Gambas:Video CNN]
"Nepotisme dalam tentara tidak akan membawa kebaikan," kata Kadyrov seperti dikutip Reuters pada Selasa (4/10).
Kadyrov mengatakan dirinya telah mendukung invasi dan mengirim banyak pasukannya untuk membantu Rusia di medan perang. Namun, ia mengatakan kritiknya ini terhadap militer Rusia adalah kebenaran pahit tentang pasukan tempur Rusia yang mengecewakan negara.
Kadyrov bahkan marah dan mengecam para jenderal Rusia akibat penarikan pasukan dari Lynman dan beberapa wilayah di Kherson.
"Pasukan tidak diberikan komunikasi, interaksi, dan pasukan amunisi yang diperlukan," kritik Kadyrov di saluran Telegramnya.
Kadyrov bahkan menyalahkan komandan Distrik Militer Pusat Alexander Lapin atas kekalahan Rusia di Lyman. Kadyrov menuduh Lapin memindahkan markas besarnya ke Starobelsk sebagai bentuk melarikan diri dari medan perang.
"Dia (Lapin) memindahkan markas besarnya ke Starobelsk, seratus kilometer jauhnya dari para pasukannya. Dia bersembunyi di Luhansk," kata Kadyrov
Wakil ketua parlemen Rusia juga ikut mencemooh militer di Ukraina, baca di halaman selanjutnya >>>
Selain Kadyrov, wakil ketua parlemen Duma sekaligus mantan jenderal, Andrey Gurulyov, sampai tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata berdasarkan penjelasan militer soal kekalahan pasukan Rusia di Lyman.
"Saya tidak mengerti mengapa mereka (militer Rusia) tidak menilai dengan benar situasi pada waktu itu, tidak memperkuat pasukan," kata Gurulev kepada saluran digital pro-Kremlin, Soloviev Live, pada Minggu (2/10).
"Pasukan Rusia itu telah dikutuk oleh sistem, kebohongan yang terus-menerus yang melihat masalah di dalam militer tapi berusaha ditutup-tutupi oleh para elite," papar Gurulyov lagi.
Penghinaan publik semacam itu terhadap para elite militer Rusia yang menjalankan perang Rusia di Ukraina merupakan sikap yang signifikan dan langka. Sebab, selama ini Rusia membungkam ketat kritik operasi militernya di Ukraina.
Rusia bahkan mengesahkan undang-undang yang dapat menghukum setiap pihak yang dinilai menyebarkan informasi palsu terkait invasi di Ukraina.
Sejumlah pihak juga menilai kritik dan penghinaan semacam ini semakin menunjukkan tingkat frustrasi di kalangan elit Putin atas kelanjutan invasi.
Media pemerintah Rusia, Russia-24 membeberkan alasan penarikan pasukan dari Lyman adalah karena "musuh menggunakan artileri buatan Barat dan intelijen dari negara NATO."
Hujanan kritik terhadap para jenderal Rusia ini datang setelah Ukraina berhasil melancarkan perlawanan sengit hingga menendang pasukan Rusia dari Lyman, Donetsk, dan dua wilayah lain di Kherson. Kedua wilayah itu telah dicaplok Rusia pada Jumat pekan lalu.
Ukraina berhasil menyapu bersih tentara Rusia hanya berselang sehari setelah mereka memasuki kota di utara Donetsk tersebut.
Pergerakan pasukan Ukraina ini semakin meyakinkan banyak pihak jika Rusia sebenarnya semakin terdesak dalam melancarkan invasinya bahkan setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan pencaplokan empat wilayah eks negara Uni Soviet itu.
Rusia mendeklarasikan pencaplokan usai keempat wilayah itu menggelar referendum. Hasil referendum "semu" mengklaim mayoritas warga di empat wilayah pendudukan Rusia itu ingin bergabung dengan Negeri Beruang Merah.