Publik bertanya-tanya ketika satu kapal yacht raksasa diduga milik pengusaha Rusia yang menjadi target sanksi Barat tiba-tiba terlihat bersandar di Hong Kong sejak pekan lalu.
Kehadiran kapal itu menarik perhatian, terutama karena penampakannya yang sangat besar. Dengan panjang hingga nyaris 142 meter, kapal itu terlihat hampir 1,5 kali lipat lapangan football Amerika.
Penampakan ini semakin menarik perhatian karena kapal Nord itu diduga milik seorang pebisnis yang merupakan target sanksi negara-negara Barat, Alexey Mordashov.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal seharga setidaknya US$500 juta itu pun sudah menjadi target sanksi negara-negara Barat sejak Rusia memulai invasi pada Februari lalu.
Kapal itu tiba di Hong Kong pada Rabu pekan lalu setelah berlayar dari pelabuhan di Vladivostok, Rusia. Departemen Perairan Hong Kong menyatakan bahwa mereka belum mengetahui tujuan kapal itu selanjutnya.
Banyak pihak pun mempertanyakan maksud kehadiran kapal itu di Hong Kong, termasuk alasan kawasan itu mengizinkan yacht tersebut bersandar.
Ketika ditanya, Departemen Kelautan Hong Kong hanya menyatakan bahwa mereka tak mau berkomentar terkait kasus individual izin masuk kapal.
"Kami mengetahui bahwa sejumlah negara menjatuhkan sanksi unilateral terhadap tempat-tempat tertentu berdasarkan pertimbangan mereka," demikian pernyataan departemen itu.
Pernyataan itu berlanjut, "[Namun, Hong Kong] tak menerapkan atau memiliki kewenangan hukum untuk mengambil tindakan terkait sanksi unilateral yang dijatuhkan terhadap yurisdiksi lain."
Seorang broker yacht dari Next Wave Yachting, Michael Maximilian Bognier, juga mengaku tak begitu paham alasan kru kapal memilih Hong Kong.
Ia hanya menyoroti fakta bahwa cuaca di pelabuhan-pelabuhan Vladivostok biasanya dingin di musim dingin, membuat perawatan kapal semacam yacht raksasa ini sangat sulit.
"Bukan iklim yang ideal untuk kapal seperti itu," ujar Bognier kepada CNN.
rak kemudian menanyakan kemungkinan kru kapal memilih Hong Kong untuk bersandar karena sangat kecil kans daerah itu dijatuhkan sanksi.
Bognier tak menjawab secara lugas pertanyaan tersebut. Ia hanya mengamini bahwa situasi politik saat ini memang tak membantu, sehingga bisa saja kru memilih Hong Kong karena terkait dengan potensi sanksi yang kecil.
"Itu bisa jadi alasan kapal itu di sini. Bisa jadi karena bebas sanksi," katanya.