Sejumlah pejabat Amerika Serikat menyatakan kemenangan Ukraina semakin dekat, tetapi ancaman perang nuklir juga semakin nyata usai sebagian jembatan Crimea-Rusia hancur.
Keempat pejabat itu mengatakan sulit menghindari eskalasi nuklir melihat pasukan Moskow semakin lemah di Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rusia kalah perang dalam segala hal, tapi kita belum bisa merayakan kemenangan Ukraina," kata seorang perwira senior Badan Intelijen Pertahanan kepada Newsweek, Rabu (12/10).
Ia kemudian berujar, "Kondisi yang dikatakan Putin kepada kita mungkin membenarkan eskalasi nuklir sedang muncul. Itu termasuk ancaman terhadap integritas teritorial Rusia dan kelangsungan hidup negara."
Menurut pejabat AS lain, Putin sekarang menunjukkan tak menghargai nilai atau prinsip mereka.
"Apa yang mendorongnya untuk menggunakan senjata nuklir adalah pertanyaan yang harus kita cari tahu jawabannya," kata pejabat kedua.
Semua pejabat sepakat soal penggunaan dampak penggunaan nuklir. Mereka lalu menyerukan poin yang lebih jelas soal pencegahan nuklir. Mereka juga mencari cara untuk menghindarinya dan menghilangkan perasaan dalam diri Putin bahwa dia tak punya pilihan selain menggunakan nuklir.
"Tugas kita sekarang harus masuk ke dalam pikiran Putin, tidak hanya untuk mencegahnya tetapi juga untuk membuat jalan keluar untuknya," kata pejabat yang lain.
Sementara itu, Pentagon tak melihat bukti Putin memutuskan menggunakan senjata nuklir. Meski demikian, mereka mewanti-wanti keputusan menggunakan senjata itu ada di tangan pemimpin RUsia.
"Tak ada yang bisa membaca [pikiran] Putin. Sama seperti dia membuat keputusan yang tak bertanggung jawab untuk menyerang Ukraina. Anda tahu, dia bisa membuat keputusaan lain," ujar Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin.
Sejak awal invasi, Putin mengancam eskalasi nuklir. Ia mengatakan ancaman nyata ke Rusia bisa mendorong dirinya melewati ambang batas.
Sekarang, Rusia tengah mengerahkan pasukan ke semua lini. Kremlin juga melihat wilayahnya sedang diserang, terbukti kehancuran jembatan yang menghubungkan Crimea-Rusia atau jembatan Kerch.
Ledakan di jembatan itu, semakin mendorong Putin bisa menggunakan nuklir.
Beberapa hari sebelum jembatan meledak, pasukan Ukraina berhasil merebut wilayah yang dikuasai pasukan Moskow. Mereka juga berhasil memukul mundur militer Rusia.
"Keberhasilan Ukraina, dan oposisi domestik yang menyertai mobilisasi nasional [Rusia], mendorong Putin semakin terpojok," kata pejabat senior intelijen AS.
Ia kemudian berujar, "Kelangsungan hidup eksistensial Rusia semakin dipertaruhkan, seperti kelangsungan hidup Putin sendiri."
Putin murka usai sebagian jembatan Kerch hancur. Jembatan ini, merupakan
Jembatan ini menghubungkan Laut Hitam ke Laut Azov, yang mana terdapat pelabuhan-pelabuhan utama Ukraina, termasuk Mariupol.
Bagi Moskow, jembatan tersebut melambangkan "penyatuan kembali" fisik Crimea dengan Rusia, demikian menurut CNN.
Jembatan itu juga merupakan ekspresi fisik tujuan Putin untuk mengikat Ukraina ke Rusia. Ia bahkan mengendarai truk saat meresmikan jembatan ini pada 2018 lalu.
"Tak mungkin lagi membiarkan kejahatan semacam ini tak terjawab," kata Putin, dikutip Newsweek.
"[Serangan balasan] akan brutal dan sesuai dengan skalanya, dengan tingkat ancaman yang dibuat untuk Rusia," imbuh dia lagi.
Usai pernyataan Putin mencuat, Rusia meluncurkan ratusan rudal ke Ukraina dalam tiga hari ini.
Imbas serangan itu, beberapa kota seperti Kyiv, Lviv, Kherson tanpa listrik serta air.
(isa/bac)