Produsen Obat India yang Bermasalah di Gambia Juga Ekspor ke Asia

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2022 20:53 WIB
Produsen obat India terkait kematian 66 anak di Gambia, Maiden Pharmaceuticals, turut menjual obat-obatannya ke sejumlah kawasan seperti Amerika Latin dan Asia. Ilustrasi. (Foto: iStockphoto/grinvalds)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perusahaan farmasi India sekaligus produsen empat obat batuk dan pilek bermasalah di Gambia, Maiden Pharmaceuticals, ternyata turut mengedarkan produknya ke Asia.

Meski begitu, hingga kini belum diketahui apakah Maiden turut mengedarkan empat produknya yang bermasalah yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup itu ke Asia. Keempat obat itu kini menjadi bahan penyelidikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) hingga Indonesia setelah disebut terkait kematian 66 anak di Gambia.

Dalam situs resminya, Maiden mengatakan kapasitas produksi tahunan sirup botol mereka mencapai 2,2 juta. Mereka juga mampu memproduksi 600 juta kapsul, 18 juta zat injeksi, 300 ribu tabung salep, dan 1,2 miliar tablet dari tiga perusahaan.

Maiden mengaku telah menjual obat-obat produksinya di India hingga ke negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Meski begitu, India mengklaim obat batuk sirup yang bermasalah itu hanya diekspor ke Gambia.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat kemungkinan obat itu juga dijual  ke negara-negara lainnya lewat pasar tak resmi.

Sebelumnya, WHO melaporkan bahwa obat batuk sirup yang dibuat perusahaan Maiden terhubung dengan kematian 66 anak-anak di Gambia.

WHO menemukan empat produk Maiden, yakni Promethazine Oral Solution, Sirup Batuk Kofexmalin Baby, Sirup Batuk Makoff Baby, dan Sirup Demam Magrip N, memiliki kandungan diethylene glycol dan ethylene glycol yang tak bisa diterima.

Berdasarkan laporan WHO, jumlah tersebut dapat menyebabkan orang-orang yang mengkonsumsi obat itu keracunan dan berujung pada masalah ginjal akut.

Akibat temuan ini, pemerintah India menangguhkan produksi obat batuk sirup tersebut pada Rabu (12/10), dikutip The South China Morning Post.

Menteri Kesehatan negara bagian Haryana, Anil Vij, mengatakan kepada Asia News International (ANI) bahwa pihak berwenang telah menyelidiki salah satu perusahaan Maiden di Kota Sonipat.

Vij lalu mengungkapkan pihak berwenang menemukan perusahaan itu melakukan 12 tindak pelanggaran praktik, membuat pemerintah menangguhkan produksinya.

Sementara itu, eksekutif Maiden Naresh Kumar Goyal menolak memberikan komentar atas hal ini.

Sebelumnya, kepolisian Gambia menemukan fakta mengejutkan terkait kematian 69 anak di negara itu. Sebanyak 69 anak meninggal karena masalah ginjal akut yang diduga berhubungan dengan konsumsi sirup batuk buatan Maiden.

Sirup itu diimpor lewat perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, Atlantic Pharmaceuticals.

Pihak Atlantic Pharmaceuticals tak dapat dihubungi oleh Reuters terkait masalah ini.

Di sisi lain, Indonesia juga mengatakan tengah menyelidiki kasus masalah ginjal akut yang menyebabkan kematian lebih dari 20 anak-anak di Jakarta tahun ini.

Namun, investigasi tersebut sejauh ini tidak memiliki hubungan dengan kasus di Gambia.

Tak hanya itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) menegaskan bahwa sirup buatan Maiden itu tak terdaftar di Indonesia.

(pwn/rds)


KOMENTAR

TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK