Menurut para ahli sekitar 40 hingga 70 juta warga China meninggal dunia gegara kebijakan PKC sejak menguasai negara itu pada 1949.
Salah satu penyebabnya yakni kebijakan ekonomi rezim Mao Zedong. Kebijakan itu, dianggap gagal karena memicu jutaan penduduk kelaparan hingga meninggal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, banyak korban berjatuhan karena tindakan represi PKC terhadap warga Tibet, program Revolusi Kebudayaan Mao, dan Tragedi Tiananmen.
Ambisi PKC lain yang menelan korban jiwa yakni dituduh melegalkan praktik pengambilan organ tubuh tahanan dan anggota kelompok spiritual Falun Gong secara paksa. Namun, Beijing selalu membantah tudingan itu.
PKC mengontrol sebagian besar aspek kehidupan warga China, mulai dari urusan pemerintahan hingga konten yang bisa dikonsumsi masyarakat.
Sikap itu kerap memicu pertentangan dari warga. Meski demikian, PKC berupaya membungkam perbedaan pendapat bahkan menghalalkan berbagai cara untuk tetap berkuasa dengan aturan keras mereka.
Pihak berwenang China telah menangkap hingga memenjarakan ratusan ribu aktivis, pengacara, dan pembela hak asasi manusia.
Selain itu, banyak pejabat internal partai yang dibungkam dan dihilangkan karena dinilai mengancam kepemimpinan partai.
Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, ruang gerak juga semakin ketat. Pada 2015, lebih dari satu juta pejabat mendapat hukuman karena korupsi. Beberapa pengamat menilai tindakan itu sebagai upaya Xi melenyapkan musuh.
Sebagian besar pertemuan PKC, termasuk kongres lima tahunan, berlangsung secara tertutup tanpa ada media meliput.
Media pemerintah pun baru akan merilis hasil rapat usai pertemuan selesai.
Setiap pertemuan PKC pun tampak satu suara, dan tak ada perbedaan pendapat.
Namun, sejumlah pakar politik China menuturkan perdebatan mungkin tetap terjadi, tetapi tak pernah diungkap ke publik.
"Menyembunyikan ketegangan internal memungkinkan PKC menampilkan citra baja kepada musuh-musuhnya dan masyarakat China," demikian menurut pengamat politik China dari Universitas Baptistan Hong Kong, Jean-Pierre Cabestan.
(isa/bac)