Saudi Bantah Dukung Rusia, Beri Bantuan Ukraina Rp6,1 Triliun

CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2022 20:43 WIB
Arab Saudi membantah mendukung Rusia terkait keputusan mereka mengurangi produksi minyak. Riyadh bahkan bakal memberi bantuan ke Ukraina senilai Rp6,1 triliun.
Ilustrasi. Arab Saudi membantah mendukung Rusia terkait keputusan mereka mengurangi produksi minyak. Riyadh bahkan bakal memberi bantuan ke Ukraina senilai Rp6,1 triliun. (Diolah dari thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia --

Arab Saudi membantah mendukung Rusia terkait keputusan mereka mengurangi produksi minyak. Riyadh bahkan bakal memberi bantuan ke Ukraina senilai US$400 juta atau sekitar Rp6,1 triliun.

"Kami menolak tuduhan bahwa kerajaan mendukung Rusia dalam perang dengan Ukraina," kata Menteri Pertahanan Saudi, Khaled bin Salman, di Twitter.

"Walaupun [Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi] OPEC+ memutuskan dengan suara bulat karena murni alasan ekonomi, beberapa menuduh kerajaan mendukung Rusia," ujar dia, seperti dikutip AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khaled menggarisbawahi tuduhan tersebut tak datang dari pemerintahan Ukraina. Ia lantas menyinggung bahwa musuh bebuyutan mereka, Iran, juga merupakan anggota OPEC.

"Apakah ini artinya kerajaan mendukung Iran?" kata Khaled.

Untuk menampik tudingan itu, Saudi akan memberi bantuan ke Ukraina senilai US$400 juta atau sekitar Rp6,1 triliun.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyampaikan sukacitanya menerima bantuan dari Saudi tersebut.

"Saat ini, kami punya hubungan yang paling berarti dengan Arab Saudi selama 30 tahun terakhir," ucap Zelensky, sebagaimana dikutip CNN.

Isu ini menjadi perhatian setelah sejumlah pejabat Amerika Serikat menuduh Saudi mendukung Rusia karena keputusan OPEC mengurangi produksi minyak.

[Gambas:Video CNN]

Beberapa pekan lalu, OPEC memang menyatakan bakal memangkas target produksi minyak sebesar dua juta barel per hari.

Keputusan ini menuai banyak kritik. Presiden AS, Joe Biden, sampai-sampai menilai Riyadh bekerja sama dengan Moskow untuk mengurangi produksi minyak.

Menurut AS, pengurangan tersebut bisa menaikkan harga minyak dan "mengongkosi" perang Rusia di Ukraina.



(isa/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER