Nestapa Pasukan Cadangan Rusia: Kerja Paksa hingga Ratusan Tewas

CNN Indonesia
Selasa, 08 Nov 2022 12:33 WIB
Pasukan cadangan Rusia yang sudah dikerahkan ke Ukraina punya banyak kisah pilu, mulai dari kerja melebihi batas waktu hingga meninggal akibat serangan rudal.
Pasukan cadangan Rusia saat berangkat ke daerah perang di Ukraina. (REUTERS/ALEXEY MALGAVKO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pasukan cadangan Rusia yang sudah dikerahkan ke Ukraina banyak memiliki kisah pilu, mulai dari kerja melebihi batas waktu hingga ada yang meninggal akibat serangan rudal.

Salah satu kisah pilu itu muncul dari Aleksei Agafonov. Ia dikerahkan ke Luhansk pada 1 November lalu. Unit yang ia tempati mendapat tugas menggali parit sepanjang malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka menggali parit secara bergiliran karena ketersediaan sekop yang minim. Namun, saat dini hari, tiba-tiba artileri Ukraina menerangi langit. Sesaat kemudian hujan peluru berlangsung.

"Sebuah drone Ukraina pertama kali terbang di atas kami, dan setelahnya artileri mereka menyerang kami selama berjam-jam, tanpa henti, " kata Agafonov kepada The Guardian, Senin (7/11).

Ia lanjut bercerita, "Saya melihat orang tercabik-cabik di depan saya, sebagian besar unit kami hilang, hancur. Itu neraka."

Agafonov mengatakan komandan unitnya lebih dulu lari sebelum hujan artileri berlangsung.

Setelah serangan berhenti, Agafonov dan belasan tentara lain lari ke kota terdekat yang dikuasai Rusia, Svatove.

Di Svatove, ia masuk ke sebuah gedung kosong dan mencoba menghubungi tentara cadangan lain malam itu.

Agafonov menerima panggilan sebagai tentara cadangan pada 16 Oktober lalu. Ia merupakan salah satu dari 570 anggota wajib militer dari Voronezh, kota di barat daya Rusia.

Menurut perkiraan dia, hanya 130 dari 570 tentara cadangan yang selamat dari serangan Ukraina.

"Mereka yang selamat, banyak yang kehilangan akalnya setelah menyaksikan apa yang terjadi. Tak ada yang ingin kembali," kata Aganov.

Tentara cadangan lain yang turut menggali parit adalah Nikolai Voronin.

[Gambas:Video CNN]

"Ada banyak orang mati, mereka tergeletak di mana-mana. Lengan dan kaki mereka robek," kata Voronin kepada media lokal Rusia, Vesrtka.

Voronin kemudian berkata bahwa sekop yang ia gunakan untuk menggali parit berubah fungsi menjadi alat penggali kubur.

Pelatihan minim bagi wamil
Insiden itu menggambarkan tindakan Rusia yang tampak buru-buru mengerahkan ribuan pasukan ke garis depan tanpa memberikan pelatihan yang sesuai.

Kemarahan pun menguar di Rusia gegara banyak di antara tentara cadangan itu yang hanya tinggal nama.

Tentara cadangan lain menceritakan hal yang tak kalah tragis. Ia mengaku tak tahu harus berbuat apa di medan perang .

"Dua minggu pelatihan tak mempersiapkan Anda untuk ini [menghadapi serangan]. Ratusan dari kami tewas," ujar tentara itu.

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim telah telah memobilisasi tentara cadangan hingga 318 ribu personel untuk membantu pasukan Moskow berperang di Ukraina.

Dari jumlah itu, 49 ribu di antaranya sudah berada zona perang.

"Kami sudah memiliki 318 ribu. Mengapa 318 ribu? Karena suka relawan berdatangan. Jumlah sukarelawan tak berkurang," ujar Putin kepada wartawan di Moskow pada Jumat (4/11), seperti dikutip CNN.

Putin pun memuji para relawan yang dinilai masuk secara sukarela dan bersedia bertempur di medan perang.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER