Presiden Vladimir Putin dipastikan tak hadir dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di Bali meski Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan langsung undangan ke Rusia.
Juru bicara Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Alex Tumaykin, mengonfirmasi Putin absen dari forum ekonomi itu.
"Saya bisa mengonfirmasi bahwa Ketua Delegasi Rusia yang bakal hadir di pertemuan G20 adalah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov," ujar Alex dalam pernyataan resmi, Kamis (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Alex menyatakan bahwa Putin kemungkinan bakal hadir secara virtual.
Sejak lama, sejumlah pengamat memang sudah meragukan Putin akan datang ke KTT G20 di Bali, termasuk pengamat lembaga think tank Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Waffa Kharisma.
"Ketidakhadiran Putin sebetulnya sudah lama bisa diprediksi," kata Waffa kepada CNNIndonesia.com.
Keraguan ini bahkan sudah muncul setelah Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk mengundang langsung Presiden Volodymyr Zelensky dan Putin pada akhir Juni lalu.
Pemerintah Indonesia saat itu mengatakan misi Jokowi mengunjungi dua negara yang tengah berperang untuk membawa misi damai.
Di Ukraina, Jokowi bertemu Zelensky di Kyiv. Mereka membahas perang hingga kerja sama bilateral. Selain itu, Jokowi juga menawarkan diri untuk menyampaikan pesan dari Zelensky ke Putin.
Setelah dari Kyiv, Jokowi terbang ke Rusia untuk bertemu Putin. Dalam pertemuan ini, Putin tak banyak membahas soal perang dan misi damai Jokowi.
Orang nomor satu di Rusia itu malah menyinggung kerja sama ekonomi, perdagangan, investasi, pasokan pangan, dan tawaran bantuan untuk ibu kota baru Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN).
Usai melawat dua negara itu, Jokowi panen pujian.
"Ada pujian bahwa misinya Pak Jokowi berperan untuk menggolkan konsesi Rusia dalam hal blokade pangan, tetapi karena dinamika-dinamika perseteruan yang besar, akhirnya banyak komitmen yang kemudian terlanggar juga," kata Waffa.
Lantas, apa kekurangan Indonesia? Baca di halaman berikutnya >>>