ANALISIS

Apakah KTT G20 Bali Bisa Meredakan Tensi Konflik Global?

CNN Indonesia
Selasa, 15 Nov 2022 13:21 WIB
Gelaran KTT G20 dimulai hari ini, bisakah forum 20 negara itu mengurangi tensi konflik sejumlah negara.
Pidato Presiden Jokowi di pembukaan G20. (AP/Dita Alangkara)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala negara anggota G20 banyak yang menggelar pertemuan di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT) forum tersebut di Bali yang berlangsung 15-16 November.

Beberapa yang melakukan bilateral yakni Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dengan China, dan PM Inggris Rishi Sunak dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan bilateral yang begitu banyak di sela KTT G20 Bali, apakah bisa mengurangi tensi konflik global?

Pengamat Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Waffa Kharisma menilai pertemuan di sela KTT itu tak mengurangi tensi konflik global.

"Forum ini tidak banyak diprediksi dapat meredakan konflik global, tapi sebetulnya diekspektasikan menjadi kepanjangan polarisasi politik," kata Waffa saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (14/11).

Sebagai kepanjangan polarisasi, G20 tak punya kemampuan khusus untuk mendamaikan pihak yang berkonflik. Menurut Waffa, biasanya forum itu cerminan posisi dan dinamika yang sedang terjadi.

Ia juga menyoroti bahwa pertemuan sela di G20 itu tak akan menghasilkan sesuatu yang melawan arus. Kecuali jika forum tersebut bisa menjadi ajang bertukar pikiran dan saling memahami posisi satu sama lain.

"Karena forum ini tak dilengkapi dengan resolusi mekanisme konflik, dan kesepahaman penyelesaian konflik," ujar Waffa lagi.

Kesenjangan antara negara-negara Asia seperti India, China, dengan Barat juga menjadi masalah.

Indonesia, India, China, serta negara Asia lain ingin forum ini khusus membahas ekonomi dan pembangunan. Mereka juga ogah acara ini diganggu agenda politik keamanan.

Sementara itu, negara Barat ingin pertemuan puncak G20 membahas isu-isu politik keamanan.

"Jadi diprediksi akan ada clash di situ," ujar Waffa lagi.

Sebelum KTT G20, Biden bakal bertemu Xi Jinping hari ini, Senin.

Target Biden, lanjut Waffa, untuk membahas posisi China atas perang Rusia di Ukraina dan potensi konflik soal Taiwan.

"Biden sepahaman saya targetnya hanya untuk bertukar secara intim atas batas-batas kepentingan masing-masing AS dan Tiongkok [China,]" ujar dia.

Usai mengetahui batas tersebut, barulah Biden akan menanyakan peran seperti apa yang bisa dilakukan Xi terkait perang di Eropa Timur itu.

Waffa juga menggarisbawahi kedua negara itu tak saling percaya dalam banyak hal. Pertemuan ini, katanya, bisa menjadi kesempatan untuk membangun posisi-posisi dasar supaya timbul kepercayaan.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah juga menyatakan hal serupa.

"Bertemunya dua kepala negara AS dan China sangatlah penting. Karena berpotensi meningkatkan rasa saling percaya di antara keduanya. Juga memungkinkan keduanya saling mengamati apa yang menjadi kekhawatiran masing-masing," kata Rezasyah.

Namun, diyakini pertemuan kedua negara adi daya itu bisa mengurangi tensi. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, demikian menurut Waffa.

"Bergantung dari seberapa terbuka atau seberapa lunak posisi yang dibawa ketika pertemuan. Kalau yang dibawa adalah tuntutan, sulit meredakan tensi," ungkap Waffa.

Ia kemudian berujar, "Kalau yang dibawa adalah usaha mendengar dan memahami (walaupun beda pendapat), ada kemungkinan bisa meredakan tensi, atau bahkan memulai gestur-gestur kesepakatan bersama."

Lanjut baca di halaman berikutnya...

Agenda G20 untuk Jalin Komunikasi Langsung

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER