Badan pengawas nuklir di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), IAEA, meradang karena pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina kembali menjadi sasaran penembakan di tengah invasi Rusia.
"Ledakan terjadi di situs pembangkit listrik tenaga nuklir besar ini, benar-benar tak bisa diterima. Siapa pun di balik serangan ini harus segera berhenti," demikian pernyataan resmi kepala IAEA, Rafael Grossi, yang dikutip Reuters, Minggu (20/11).
Ia kemudian menyatakan, "Seperti yang sudah saya katakan berulang kali sebelumnya, kalian bermain dengan api!"
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Grossi kemudian membeberkan bahwa tim IAEA sudah mendapatkan informasi awal dari manajemen PLTN di Zaporizhzhia itu.
Berdasarkan informasi awal itu, terlihat sejumlah kerusakan di sejumlah bangunan, sistem, dan peralatan di PLTN Zaporizhzhia. Namun, tak ada kerusakan yang berbahaya sejauh ini.
Meski demikian, tim IAEA akan datang langsung ke Zaporizhzhia untuk memantau kerusakan di PLTN terbesar di Eropa tersebut pada Senin (21/11).
Saat ini, PLTN Zaporizhzhia berada di bawah kendali pasukan Rusia. Operator kekuatan nuklir Rusia, Rosenergoatom, menyatakan bakal ada batasan hal-hal yang bisa diperiksa oleh IAEA.
"Mereka mengartikan mandat mereka tak ada batasannya. Tidak begitu. Jika mereka mau menginspeksi fasilitas yang tak ada kaitannya dengan keselamatan nuklir, akses akan ditolak," ucap penasihat CEO Rosenergoatom, Renat Karchaa.
Ini bukan kali pertama PLTN Zaporizhzhia menjadi sasaran penembakan di tengah perang antara Rusia dan Ukraina. Sebelumnya, kedua belah pihak selalu saling menyalahkan atas bombardir tersebut.
Serangan ke arah PLTN Zaporizhzhia ini memicu kekhawatiran akan potensi nuklir besar. Ketakutan kian menjadi karena PLTN Zaporizhzhia sendiri terletak hanya 500 kilometer dari lokasi bencana Chernobyl 1986.
(has)