Mahathir sempat menimbulkan preseden buruk saat dirinya mundur dari jabatan perdana menteri pada 2020 lalu.
Saat itu pengumuman pengunduran dirinya membuat gaduh. Ia diduga mundur karena terkait dengan pembentukan koalisi baru.
Saat mencalonkan diri lagi di pemilu kali ini, sejumlah pengamat pun ragu Mahathir bisa memperoleh kursi. Sebab, dia dinilai menyia-nyiakan waktu kala menjabat perdana menteri sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu Mahathir sudah berlalu. Dia diberi kesempatan kedua dan menyia-nyiakannya," ujar pengamat dari Universitas Nottingham Malaysia Bridget Welsh.
"Peluang dia kali ini untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri sangat tipis."
Kebijakan "bumiputera" yang diusung Mahathir selama menjabat perdana menteri tercatat membuat masyarakat Malaysia terbelah secara rasial.
Profesor Kajian Asia di University of Tasmania, James Chin, mengatakan bahwa periode Mahathir memimpin merupakan masa-masa komunitas Tionghoa di Malaysia "paling banyak mengalami diskriminasi".
"Ada banyak orang di komunitas Tionghoa yang menyamakan Mahathir dengan periode di mana mereka merasa paling banyak mengalami diskriminasi," kata Chin, seperti dikutip Channel News Asia.
Dia lalu berpendapat kekalahan Mahathir dalam pemilihan kali ini tak ayal membuat etnis China di Malaysia "senang".
"Semua kebijakan diskriminasi terhadap non-Melayu diberlakukan pada masanya. Jadi saya pikir banyak orang China akan mengatakan bahwa, dalam beberapa hal, ini adalah akhir dari sebuah era dan kami senang melihatnya hengkang."
(blq/bac)