Mantan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Nayef sempat dituduh memakai narkoba ketika dia memegang gelar putra mahkota.
Tudingan ini disebut-sebut sebagai upaya untuk melengserkan dia dan menggantinya dengan Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) sebagai Putra Mahkota atau calon penerus Raja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raja Salman resmi mengangkat bin Nayef menjadi putra mahkota pada 2015 lalu. Beberapa tahun kemudian, ia dituduh memakai narkoba. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat dukungan perubahan radikal dalam suksesi.
Menurut seorang rekan keluarga kerajaan beberapa pangeran senior diberi tahu bahwa Nayef tak layak menjadi raja karena masalah narkoba, demikian dikutip The New York Times.
Nayef kemudian terpaksa mundur karena dianggap kecanduan obat penghilang rasa sakit, demikian dikutip Reuters.
"Raja datang menemui MbN (Mohammed bin Nayef) dan mereka berdua di ruangan itu. Dia [Raja Salman] mengatakan kepadanya: 'Saya ingin Anda mundur, Anda tak mendengarkan saran untuk perawatan atas kecanduan Anda yang berbahaya dan mempengaruhi keputusan Anda'," kata salah satu sumber dekat bin Nayef.
Sejauh ini, tak ada informasi lebih lanjut apakah Mohammed bin Nayef betul-betul menggunakan narkoba atau tidak.
Namun, seorang teman dekat Mojammed bin Nayef pernah mengungkapkan kekhawatirannya perihal masalah kesehatan mantan Putra Mahkota Saudi itu selama beberapa tahun belakangan.
Mantan pejabat Badan Intelijen AS (CIA) yang merupakan teman dekat bin Nayef, Bruce Riedel, mengatakan sang pangeran kerap mengalami rasa sakit dan terdapat tanda stres pascatraumatik.
Kondisi itu memaksa ia menggunakan obat-obatan sehingga membuat teman-teman dekatnya khawatir ia kecanduan obat.
"Bukti yang saya dapati bahwa ia lebih menderita karena upaya pembunuhan daripada yang ia akuinya dan bahwa ia berupaya melakukan pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit yang membuatnya jadi kecanduan," kata Riedel kepada The New York Times.
Detik-detik penyerahan gelar Putra Mahkota Saudi...