Profil Mohammed bin Nayef, Eks Putra Mahkota Saudi yang 'Dijegal' MbS
Pangeran Arab Saudi sekaligus mantan putra mahkota, Mohammed bin Nayef, diyakini sebagai rival Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS).
disebut mendapat ancaman bahwa keluarganya bakal diperkosa jika tak segera melepas gelar putra mahkota dan menyerahkannya ke Mohammed bin Salman (MbS).
Dugaan ancaman itu terungkap berdasarkan pengakuan salah satu sumber yang dekat dengan Mohammed bin Nayef, seperti dikutip The Guardian.
Mohammed bin Nayef semula merupakan putra mahkota yang ditunjuk Raja Salman, ayah MbS, pada 2015 lalu. Namun beberapa tahun kemudian, tepatnya pada Juni 2017 bin Nayef dipecat dan digantikan dengan MbS.
Siapa sebetulnya Mohammed bin Nayef?
Mengutip Al Jazeera, Pangeran Mohammed bin Nayef merupakan tokoh kepemimpinan Saudi yang paling pro Amerika Serikat.
Dia merupakan mantan menteri dalam negeri Saudi sejak 2012 sebelum akhirnya lengser karena perombakan besar-besaran oleh Raja Salman.
Bin Nayef pernah mengemban ilmu di Amerika Serikat dengan mengambil kelas di Lewis & Clark College di Portland, Oregon.
Pada akhir 1980-an, Mohammed bin Nayef belajar di Biro Investigasi Federal (FBI) sebelum ikut mengambil kursus anti-terorisme di unit Scotland Yard Inggris pada awal 1990-an.
Bin Nayef juga merupakan pemimpin tindakan keras terhadap al-Qaeda di Arab Saudi sekitar 2003 dan 2007. Badan Intelijen Pusat AS (CIA) pun menganggap bin Nayef sebagai kunci untuk mengalahkan al-Qaeda.
Pada 2009, bin Nayef pernah selamat dari upaya pembunuhan oleh al-Qaeda setelah dia setuju untuk bertemu dengan Abdullah al-Asiri, seorang anggota kelompok bersenjata yang menjebak dirinya dengan mengaku sebagai mantan pejuang yang sudah tobat.
Saat itu, al-Asiri meledakkan rompi bunuh diri kala bertemu bin Nayef di Jeddah. Namun ledakan bom itu hanya sedikit melukai eks putra mahkota tersebut.
Perjuangannya memberantas al-Qaeda juga terlihat hingga 2010. Pada Oktober tahun itu, dia berhasil menggagalkan menit-menit terakhir upaya al-Qaeda di Yaman untuk membom pesawat kargo FedEx dan UPS yang terbang dari Yaman ke Chicago.
Pada 2012, bin Nayef lalu menggantikan ayahnya sebagai menteri dalam negeri dan tiga tahun kemudian, dia diangkat menjadi wakil perdana menteri.
Pada 2017, bin Nayef mendapat anugerah medali dari direktur baru CIA atas kontribusinya dalam melaksanakan tugas kontraterorisme.
Tiga tahun berselang, yakni pada Maret 2020, Mohammed bin Nayef dikabarkan ditangkap oleh MbS. Penangkapan itu disebut karena dugaan makar.
Meski begitu tak pernah ada dakwaan resmi yang dijatuhkan kepada Mohammed bin Nayef.
Banyak orang menilai penangkapan itu hanya demi mengkonsolidasi kekuasaan MbS sebagai putra mahkota baru.
(blq/bac)