Pangeran Bin Nayef Dekat dengan AS, CIA Ketar-ketir saat Kudeta Istana
Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Nayef disebut memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat.
Badan Intelijen Pusat AS (CIA) sempat ketar-ketir saat terjadi kudeta istana di Saudi. Mereka juga pernah berusaha membantu Mohammed bin Nayef usai dituduh korupsi dan tak setia ke kerajaan.
The Guardian bahkan menuliskan bin Nayef merupakan sekutu terdekat CIA.
Direktur CIA saat itu, Mike Pompeo, pernah memberi medali ke Mohammed bin Nayef atas upaya kontra-terorisme menyelamatkan nyawa orang AS.
Sejumlah pejabat kontra-terorisme AS juga menilai bin Nayef adalah orang yang paling mereka percaya di Saudi.
Saat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Saudi, bin Nayef memimpin pembubaran Al-Qaeda di negara itu usai serangan 11 September (9/11). Ia juga membentuk satuan tugas untuk kontra-terorisme.
Mohammed bin Nayef sempat menjadi Putra Mahkota pada 2015 lalu. Namun, dua tahun kemudian Raja Salman mencopot gelar itu karena diduga ia kecanduan narkoba.
Menurut laporan sejumlah media, Mohammed bin Nayef terpaksa menyerahkan gelar putra mahkota ke Mohammed bin Salman (MbS) dengan serangkaian tekanan dan ancaman darinya atau yang disebut kudeta istana.
Orang-orang Pangeran MbS sempat mengurung Mohammed bin Nayef dan memaksa dia menandatangani surat pengunduran diri.
Jika dia menolak, keluarganya yang perempuan bakal diperkosa. Mohammed bin Nayef juga mendapat ancaman akan dikirim ke rumah sakit.
Kabar kudeta Mohammed bin Nayef pun sampai ke AS. Sejumlah pejabat kontra terorisme Washington ketar-ketir, demikian dikutip New York Times.
Kini, Mohammed bin Nayef disebut masuk bui dengan tuduhan yang dibuat-buat oleh kerajaan. Ia juga menghadapi tuntutan.
Berdasarkan laporan TRT World, Pangeran MbS menyiapkan tuduhan korupsi dan upaya kudeta kepada Mohammed bin Nayef pada akhir 2020 lalu.
Beberapa pihak melihat tuduhan itu sebagai upaya MbS mengamankan takhtanya dari berbagai ancaman.
Menanggapi rencana tuntutan itu, salah satu pejabat AS, Francis Rooney, meminta agar Saudi memberikan informasi soal keberadaan bin Nayef.
Selain itu, para pejabat AS kemudian merilis laporan soal upaya pangeran MbS mendapat takhta.
Politisi Partai Republik juga mendesak Presiden AS saat itu Donald Trump untuk mengambil tindakan.
Secara pribadi, mantan kepala CIA juga berusaha membantu Mohammed bin Nayef dengan membela dia.
Pejabat London juga banyak yang khawatir, mulai dari anggota parlemen hingga menteri, demikian dikutip Financial Times.
(isa/bac)