Bantu Ukraina Bikin Rusia Makin Loyo, AS Kirim Anti-Drone Rp4,2 T

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Des 2022 01:30 WIB
Amerika Serikat akan mengirim bantuan pertahanan anti-drone senilai US$275 juta atau sekitar Rp4,2 triliun untuk Ukraina. (Foto: AFP/MIKHAIL METZEL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat akan mengirim bantuan pertahanan anti-drone senilai US$275 juta atau sekitar Rp4,2 triliun untuk Ukraina.

Menurut sumber yang mengetahui rencana itu, paket bantuan akan diumumkan paling cepat hari ini, Jumat (9/12) waktu AS. Namun, ia tak membeberkan jumlah persenjataan yang bakal dikirim Washington.

Nominal bantuan itu akan menjadi tanggung jawab Presidential Drawdown Authority (PDA). Melalui PDA, AS bisa mengirim bantuan dengan cepat tanpa persetujuan Kongres dalam menanggapi keadaan darurat.

Berdasarkan dokumen yang ditinjau Reuters, Pentagon disebut akan mengirim roket untuk peluncur sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS) buatan perusahaan Lockheed Martin Corp (LMT.N).

Selain itu, AS juga dilaporkan mengirim amunisi 155 mm, kendaraan militer Humvee, dan generator.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional enggan berkomentar soal paket bantuan itu. Di sisi lain, isi dan ukuran bantuan bisa berubah sebelum presiden menandatanganinya.

AS sebelumnya telah mengirim sistem anti-pesawat canggih, NASAMS, dan rudal pencegat HAWK ke Ukraina untuk menghalau serangan pasukan Rusia.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengirim bantuan keamanan nasional ke Kyiv senilai sekitar US$19,1 miliar atau sekitar Rp297 triliun.

Parlemen AS juga sudah menggelar voting untuk memberi Ukraina bantuan keamanan tambahan setidaknya US$800 juta atau sekitar Rp12 triliun untuk tahun depan.

Ukraina terus melancarkan serangan perlawanan yang signifikan memasuki bulan ke-10 invasi Rusia. Ukraina bahkan dilaporkan berhasil menyerang dua basis militer di Rusia menggunakan drone.

Sejumlah pihak menuturkan serangan itu menunjukkan bahwa kapabilitas perang tentara Ukraina semakin tidak bisa diragukan sehingga dapat meningkatkan eskalasi pertempuran dengan Rusia.



(isa/rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK