Tiga Peraih Nobel Perdamaian Bertekad Hentikan Invasi Rusia

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Des 2022 17:52 WIB
Tiga peraih nobel perdamaian bertekad menghentikan perang antara Rudia dengan Ukraina.
Tiga peraih nobel perdamaian bertekad menghentikan perang antara Rudia dengan Ukraina. (REUTERS/MAKSIM LEVIN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pegiat HAM Belarusia Ales Bialiatski, organisasi HAM Rusia Memorial, dan Pusat Kebebasan Sipil (CCL) Ukraina bakal diberikan Hadiah Nobel Perdamaian, Sabtu (10/12). Ketiganya mewakili mewakili tiga negara di pusat perang Ukraina.

Ketiganya bertekad untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina.

"Putin akan berhenti ketika dia dihentikan. Ia pemimpin otoriter yang melihat setiap upaya untuk berdialog sebagai sebuah kelemahan," kata Kepala CCL Oleksandra Matviichuk, sebagaimana dikutip dari AFP, Sabtu (10/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleksandra mendesak agar negara-negara Barat terus membantu Ukraina membebaskan wilayahnya yang diduduki Rusia, termasuk Krimea.

CCL telah mendokumentasikan kejahatan perang yang dilakukan pasukan Rusia di Ukraina selama selama setahun terakhir. Lewat dokumentasi ini, Oleksandra ingin agar Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko dibawa ke pengadilan.

"Perang ini bersifat genosida. Jika Ukraina menghentikan perlawanannya, kita tidak akan ada lagi. Jadi, saya yakin cepat atau lambat Putin akan muncul di hadapan pengadilan internasional," tuturnya.

Ketua Memorial Yan Rachinsky juga sependapat dengan Oleksandra. Namun, dalam komentarnya ia lebih berhati-hati, mengingat ancaman hukuman oleh Moskow kepada pihak-pihak yang mengkritik konflik di Ukraina.

"Ukraina harus berjuang untuk kemerdekaannya, Ukraina tidak memperjuangkan kepentingannya sendiri, mereka berjuang untuk masa depan yang damai bagi kita semua," ujar Rachinsky.

"Pilihan di hadapan masyarakat internasional adalah antara situasi yang tidak menyenangkan hari ini dan bencana esok hari," kata dia menambahkan.

Memorial berdiri sejak 1989, dan selama beberapa dekade terakhir menyoroti kejahatan yang dilakukan oleh rezim totaliter Stalin. Mereka juga mendokumentasikan pelanggaran HAM di Rusia.

Mahkamah Agung Rusia telah memerintahkan pembubaran Memorial pada akhir 2021 dan memerintahkan penggerebekan kantornya di Moskow pada 7 Oktober, tepat pada hari pengumuman sebagai pemenang Nobel Perdamaian tahun ini.

"Terkait dengan pembela HAM, saat ini di Rusia situasinya sangat buruk," kata Rachinsky.

Sementara itu, peraih Nobel Perdamaian lainnya, Ales Bialiatski tengah mendekam di penjara sambil menunggu persidangan. Ales dipenjara menyusul tindakan keras Minsk atas protes besar-besaran terhadap rezim yang berkuasa.

Istrinya, Natalia Pinchuk yang akan mewakili menerima hadiah Nobel, mengatakan masalah Belarusia juga diputuskan di medan perang Ukraina.

Dia mengatakan, Bialiatski tidak berwenang memberikan pidato penerimaan hadiah bergengsi itu karena masih ditahan.

Acara penyerahan penghargaan Nobel akan digelar di Oslo City Hall dan akan dihadiri oleh keluarga kerajaan Norwegia dan pejabat khusus. Sementara, di Stockholm akan diadakan acara penghargaan terpisah untuk menghormati para pemenang Nobel kategori lainnya di bidang kedokteran, fisika, kimia, sastra, dan ekonomi.

Pemenang tahun ini akan medali emas, diploma, dan cek senilai 10 juta kronor Swedia atau US$970 ribu (sekitar Rp15,11 miliar).

(dmi/agt)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER