NATO Wanti-wanti: Rusia Bisa Pakai Cara Baru Gempur Ukraina
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg memperingatkan Rusia bisa saja menggunakan cara baru untuk menyerang Ukraina.
Kepada BBC, Stoltenberg mengatakan mobilisasi prajurit Moskow yang dikerahkan September lalu menunjukkan Rusia tak berniat mengakhiri perang dalam waktu dekat. Oleh sebab itu, dia mengatakan pengiriman senjata ke Kyiv bakal terus dilanjutkan.
Lihat Juga : |
"Semua itu mengindikasi bahwa mereka siap untuk melanjutkan perang dan mencoba melancarkan serangan baru," ujar Stoltenberg seperti dikutip Russia Today, Selasa (3/1).
Pemimpin blok militer pimpinan AS itu menegaskan Barat bakal terus memasok senjata dan memberikan dukungan lainnya kepada Ukraina untuk menghadapi Rusia. Menurutnya, hal itu merupakan satu-satunya cara untuk meyakinkan Rusia bahwa mereka harus "duduk dan bernegosiasi dengan iktikad baik dan menghormati Ukraina sebagai negara merdeka yang berdaulat di Eropa."
"Yang kami tahu adalah apa yang bisa dicapai Ukraina saat berunding itu sepenuhnya bergantung pada kekuatan di medan perang," ucapnya.
Stoltenberg sempat mengatakan bahwa meskipun terdengar "paradoks", namun dukungan militer Barat untuk Ukraina merupakan "cara tercepat menuju perdamaian".
Sejak invasi dimulai pada 24 Februari lalu, negara-negara Barat memang sudah meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina yang ditentang habis-habisan Moskow.
Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan NATO menggunakan potensi militer hampir semua negara anggotanya untuk melawan Moskow di Kyiv.
Menurut Putin, upaya untuk menjatuhkan ekonomi Rusia dalam 'perang sanksi' atas invasinya di Ukraina sebagian besar gagal total.
Kremlin sejauh ini terus menegaskan mereka terbuka untuk dialog dengan Ukraina. Moskow justru menyebut Kyiv yang selama ini enggan bernegosiasi.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Ukraina Gempur Gudang Amunisi Rusia hingga Saudi Makin Moderat |
Meski ingin dialog, Moskow tetap bersikeras bahwa Kyiv harus mengakui wilayah yang dianeksasi Rusia, antara lain Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhia sebagai persyaratan dialog damai.
(blq/bac)