Ribut Kartun Khamenei, Iran Tutup Institut Prancis di Teheran

CNN Indonesia
Kamis, 05 Jan 2023 21:01 WIB
Iran menutup Institut Penelitian Prancis di Teheran buntut kisruh kartun pemimpin tertinggi Ali Khamenei yang dirilis majalah Charlie Hebdo pada Rabu (4/1). (AFP/Behrouz Mehri)
Jakarta, CNN Indonesia --

Iran menutup Institut Penelitian Prancis di Teheran buntut kontroversi kartun pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang dirilis majalah satire Charlie Hebdo pada Rabu (4/1).

"Kementerian mengakhiri aktivitas Institut Penelitian Prancis di Iran sebagai langkah pertama," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran, Kamis, seperti dikutip AFP.

Institut Penelitian Prancis merupakan lembaga sejarah dan arkeologi. Institut ini berada di bawah naungan Kemlu Prancis.

Lembaga tersebut berdiri pada 1983 setelah penyatuan Delegasi Arkeologi Prancis di Iran dan Institut Iranologi Prancis di Teheran.

Badan itu sempat ditutup dalam waktu lama. Pada 2013 hingga 2021, lembaga ini dibuka kembali sebagai bentuk kehangatan hubungan dua negara.

Merespons kartun tersebut, Kemlu Iran juga memanggil Duta Besar Prancis, Nicolas Roche, pada Rabu.

"Prancis tak punya hak menodai kesucian negara dan bangsa Muslim lain di bawah narasi kebebasan ekspresi," demikian pernyataan Kemlu.

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdolahhian, juga buka suara soal kartun Khamenei.

Abdolahhian mengatakan penghinaan dan insiden publikasi kartun itu tak akan ada jika Prancis bertindak tegas.

Di sisi lain, Direktur Charlie Hebdo, Laurent Sourisseau, menyatakan kartun itu sebagai cara mereka mendukung warga Iran.

"[Ini] cara kami menunjukkan dukungan kami terhadap laki-laki dan perempuan Iran yang mempertaruhkan hidupnya mempertahankan kebebasan melawan teokrasi [pemerintah Iran]," ujar Sourisseau.

Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, juga menyatakan hal serupa. Menurut dia, kebebasan pers yang ada di Prancis bertolak belakang dengan di Iran.

"Kebijakan buruk adalah yang dijalankan Iran, yang melakukan kekerasan terhadap penduduknya sendiri," ucap Colonna saat diwawancara televisi Prancis.

Iran memang sedang menjadi sorotan karena sejak September lalu, warga ramai-ramai turun ke jalan-jalan di negara itu untuk memprotes kematian Mahsa Amini.

Amini tewas usai diduga mengalami kekerasan dari polisi Teheran.

Pihak berwenang Iran dilaporkan merespons aksi protes itu dengan represif. Mereka juga menangkap ratusan pedemo.

(isa/has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK