Anwar memiliki hubungan yang hangat dengan mendiang eks wakil presiden Indonesia BJ Habibie.
Ia bahkan mengatakan Habibie banyak menolong dia saat masa-masa sulit di penjara.
Tokoh reformasi Malaysia itu sempat dibui dua kali. Saat pertama dipenjara, ia dituduh atas kasus sodomi, yang dinilai bermuatan politis, dan korupsi pada 1999.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Habibie yang saat itu menjabat sebagai wapres RI meminta Malaysia agar tak mengucilkan Anwar.
Ketika itu, intelijen Indonesia memberi tahu Habibie ada kemungkinan Anwar mengalami kekerasan di penjara.
"Habibie lalu membuat suatu yang luar biasa dari segi hubungan diplomatik. Ia menyatakan, 'Saya dengar begini-begitu. Tolong jangan apa-apakan adik saya," kata Anwar saat menghadiri tahlilan 28 hari kepergian Habibie.
Setelah keluar dari penjara, Anwar menjalani operasi saraf tulang belakang di Jerman. Selama masa penyembuhan, ia menginap di rumah Habibie.
Pada 2015, Anwar kembali dijebloskan ke penjara. Sehari sebelum vonis pengadilan Malaysia, Habibie sempat meminta pejuang itu untuk menginap di rumahnya.
"Habibie bilang ke saya, 'Anwar, kamu jangan pulang. Kami tahu, kalau kamu pulang, kamu akan dipenjara lagi. Kamu tidak lagi muda. Kamu sudah lama tersiksa hampir tujuh tahun keluar masuk penjara," tutur Anwar menirukan ucapan Habibie.
Selain Habibie, sejumlah tokoh Indonesia lain juga dekat dengan Anwar, salah satunya mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK)
Pada Mei 2018 lalu, Anwar mengunjungi JK yang saat itu masih menjabat sebagai wakil presiden Indonesia di rumah dinasnya di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Dalam pertemuan itu, mereka saling berbagi pengalaman dan situasi di Malaysia.
Usai berkunjung ke kediaman JK, Anwar menyambangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ketika itu, ia bertemu dengan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj.
Kemudian pada Juli 2018, ketua koalisi Pakatan Harapan itu makan malam bersama Megawati Soekarnoputri di Hotel Fairmont, Jakarta.
Putri Anwar Ibrahim, Nurul Izzah, juga sempat mengunjungi Indonesia pada 2015 lalu.
Kedatangan ini sekaligus bertujuan meminta dukungan usai ayahnya dipenjara karena tuduhan sodomi.
Di mata Nurul, Indonesia dalam hal demokrasi lebih baik dari Malaysia.
Selama berkunjung ke Indonesia Indonesia, dia menyambangi Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak kekerasan (KontraS).
"Semua kalau tidak kita tangani bisa kehilangan peluang untuk menjadi Malaysia yang adil dan multikultural," ujar Nurul di kantor KontraS.
(isa/has)