Jumlah tembakan artileri Rusia di Ukraina dilaporkan turun nyaris 75 persen, mengindikasikan kemunduran pasukan Presiden Vladimir Putin setelah hampir satu tahun invasi.
Sejumlah pejabat Amerika Serikat dan Ukraina mengonfirmasi penurunan tembakan artileri ini kepada CNN. Namun, mereka belum dapat mengungkap alasan penurunan tembakan itu.
Beberapa dugaan alasan sudah mencuat, salah satunya Rusia kemungkinan sedang berjaga-jaga karena pasokan artileri mereka menipis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pula dugaan Rusia tengah melakukan kajian ulang terhadap taktik perang yang mereka gunakan, mengingat sederet kekalahan telak mereka ketika digempur balik pasukan Ukraina.
Apa pun alasannya, para pejabat AS dan Ukraina menganggap penurunan jumlah tembakan artileri tetap saja menunjukkan posisi Rusia yang kian lemah di medan tempur.
Sementara itu, Ukraina justru meningkatkan perlawanannya dengan bantuan alutsista dan amunisi dari negara-negara Barat.
Ketika Rusia harus menelan kekalahan bertubi-tubi, sejumlah pejabat Putin hingga warga lainnya pun mulai meragukan kemampuan para komandan pasukan di medan tempur.
Intelijen AS bahkan mendeteksi kekalahan ini membuat dukungan politik terhadap Putin di dalam negerinya merosot tajam.
Setelah ratusan tentara Rusia tewas dalam dua serangan Ukraina pada malam Tahun Baru lalu, Putin pun mengumumkan gencatan senjata selama dua hari pada pekan lalu.
Putin mengklaim gencatan senjata ini diperlukan untuk menghormati warga Rusia yang sedang merayakan Paskah Ortodoks.
Namun, para pakar menganggap gencatan senjata ini hanya untuk mengambil hati warga Rusia. Dua pejabat intelijen AS juga mengungkap Putin mengambil keputusan ini untuk mencari muka.
Putin ingin mencoreng citra Ukraina yang sudah pasti bakal tetap menyerang karena Rusia mendeklarasikan gencatan senjata itu secara sepihak.