Eks Komandan Sebut Rusia Perang Sipil jika Putin Tak Setop Invasi
Mantan komandan Rusia Igor Ivanovich Strelkov memperingatkan perang sipil bisa pecah jika Presiden Vladimir Putin tak segera menyetop invasi di Ukraina.
"Ada berbagai macam perang sipil. Ada perang sipil yang bisa membunuh negara kita dalam tiga hari di musim dingin. Dan itu bisa rampung dalam tiga hari, namun memusnahkan negara," kata komandan yang juga dikenal sebagai Igor Girkin dalam video yang diunggah penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko di Twitter.
Dalam video itu, Girkin berujar bahwa Moskow bisa "jatuh dalam perang sipil dengan jutaan korban, serta keruntuhan dan defragmentasi total."
Terpisah, mantan wakil di State Duma, Mark Feygin, mengatakan kepada Newsweek Oktober lalu bahwa kekalahan total Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina bisa mengakibatkan perang sipil "berdarah".
"Apa yang akan terjadi sangat bergantung pada bagaimana perang ini akan berakhir," kata Feygin kala itu, seperti dilansir dari Newsweek.
Dia mengatakan Ukraina dapat "menghancurkan" pemerintahan Putin bahkan tanpa merebut kembali Crimea apabila pasukan Kyiv bisa membebaskan wilayah Kherson, Zaporizhzhia, Luhansk, dan Donetsk.
November lalu, sejumlah surel yang bocor dari agen Dinas Keamanan Federal Rusia (Federal Security Service/FSB) mengungkapkan potensi pecahnya perang sipil di antara sekutu dekat Putin.
Agen yang dijuluki Wind of Change itu menulis email ke Vladimir Osechkin, seorang aktivis HAM Rusia sekaligus buronan negara itu, dengan mengungkapkan rasa frustrasinya dan ketidakpuasan dia di dalam FSB atas perang yang tengah berkecamuk di Ukraina.
Email itu merinci gejolak batin dan konflik di dalam Rusia serta memprediksi peluang terjadinya perang sipil "yang tak terhindarkan". Email itu juga menulis bahwa Kremlin bakal "jatuh ke jurang teror" kala orang-orang makin lelah dengan perang.
Rusia sendiri beberapa waktu terakhir mengintensifkan serangan ke Ukraina meski dikabarkan banyak mengalami kekurangan peralatan militer, prajurit, serta perpecahan internal di antara para pemimpin militer.
Pada Sabtu (14/1), pasukan Rusia meluncurkan serangan rudal yang menargetkan kompleks apartemen Dnipro. Setidaknya 29 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka menurut Gubernur Dnipro, Valentyn Reznichenko.
Meski mengklaim telah telah merebut Kota Soledar, para pemimpin militer Kyiv sejauh ini masih memegang kendali atas situasi di pinggiran barat kota, yang berada di utara Bakhmut.
(blq/bac)