Charles Glass dalam jurnalnya yang terbit pada 1975 mengungkapkan pemuka Yahudi Ortodoks Jerman abad ke-19 di Frankfurt, Rabi Samson Raphael Hirsch, pernah mengatakan bahwa mempromosikan migrasi Yahudi ke Palestina secara aktif adalah dosa.
Rabi Ortodoks Joseph Hayyim Sonnenfeld dari Brisk pada 1898 bahkan menggunakan istilah "orang jahat dan bajingan" untuk merujuk pada zionis.
Pada 1938, muncul kelompok komunitas Yahudi Ortodoks, Neturei Karta, yang menentang keras zionisme. Kelompok itu menolak pembentukan negara Israel dan menentang dalil yang meyakini bahwa negara Yahudi akan didirikan setelah kedatangan Mesias.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() Laporan Khusus Yahudi, Zionisme, dan Indonesia |
Sejak 1948 kala negara Israel dibentuk, Neturei Karta menolak menjadi warga negara itu. Mereka enggan membayar pajak Israel dan tidak aktif di Angkatan Darat.
Neturei Karta juga memilih bicara dengan bahasa Yiddish alih-alih bahasa Ibrani. Mereka juga berdoa menggunakan bahasa suci kuno mereka, Lashon Ha Kodesh, yang merupakan turunan modern dari bahasa Ibrani Israel.
Selain kelompok religius, kelompok kiri juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan Zionis Israel, seperti dikutip dari BBC. Kelompok kiri anti-zionis di Israel menuding bahwa "negara Yahudi adalah zionis, oleh sebab itu Israel pada dasarnya rasis, imperialis-kolonialis, dan merupakan penghalang utama perdamaian dan kemajuan sosial di Timur Tengah".
Lihat Juga :![]() Laporan Khusus Kronik Kehidupan Yahudi di Indonesia |
Tak cuma itu, kelompok humanis yang terang-terangan tak sejalan dengan Zionis juga menyatakan hal serupa. Bagi kelompok humanis, aksi zionis cuma menyebabkan jatuhnya banyak korban akibat perang yang pada dasarnya tidak mereka (humanis) inginkan.
Para kelompok humanis sebagian merupakan mereka yang berhasil kabur dari kekejaman Nazi Jerman. Pada Perang Dunia II, Nazi Jerman memang membantai habis-habisan orang Yahudi karena dianggap sebagai biang kekalahan mereka di Perang Dunia I.
Meski begitu, beberapa humanis yang khawatir dengan risiko terjadinya "genosida" atas sikap Zionis memerangi Arab Palestina akhirnya memutuskan untuk main aman menjadi Zionis.
(blq/bac)