Rezim Putin Diduga Pakai Racun Maut buat Bunuh Para Pembelot Rusia

CNN Indonesia
Kamis, 26 Jan 2023 16:06 WIB
Pemerintah Rusia di bawah pimpinan Presiden Vladimir Putin disebut menggunakan racun mematikan Novichok dalam upaya pembunuhan para pembelot.
Pemerintah Rusia di bawah pimpinan Presiden Vladimir Putin disebut menggunakan racun mematikan Novichok dalam upaya pembunuhan para pembelot. (Sputnik/Aleksey Babushkin/Kremlin via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Rusia di bawah pimpinan Presiden Vladimir Putin disebut menggunakan racun mematikan Novichok dalam upaya pembunuhan para pembelot.

Cara itu diungkap oleh jurnalis Rusia, Vladimir Osechkin, yang kerap membantu eks pejabat dan intelijen kabur dari Negeri Beruang Merah.

Belakangan, ia juga membantu anggota militer Rusia yang kabur dari medan perang di Ukraina. Salah satu yang dibantu berhasil kabur dan sedang mengajukan suaka di Hungaria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, Osechkin meminta imbalan rahasia negara dari orang-orang yang ia bantu. Data intelijen itu kemudian acap kali digunakan negara Barat.

Rezim Putin pun kerap naik pitam karena para pembelot itu membocorkan rahasia negara.

"Saat orang berada di level tinggi, mereka [para pejabat Rusia] sangat memahami bagaimana rezim [Vladimir] Putin bekerja," kata Osechkin kepada CNN, Selasa (24/1).

Ia kemudian berujar, "Mereka juga sangat paham jika mereka membocorkan [cara rezim Putin bekerja], risiko berhadapan dengan Novichok sangat tinggi."

Novichok merupakan agen saraf alias racun mematikan khas Rusia. Racun tersebut bekerja dengan cara memengaruhi transmisi sinyal saraf ke otot.

Dalam dosis tinggi, racun ini bisa menyebabkan korban langsung kejang dan mati lemas atau mati karena serangan jantung.

Racun itu bisa dikirim dalam bentuk gas, aerosol, atau cairan. Novichok juga bisa dilepas menggunakan bom, bahan peledak, tangki penyemprot, dan roket, demikian dilaporkan Share America.

[Gambas:Video CNN]

Racun saraf itu bukan kali pertama digunakan untuk para pejabat Rusia yang membelot. Pada 2020, aktivis Alexei Navalny juga diduga diracun menggunakan jenis Novichok.

Dua tahun sebelum itu, yakni pada Maret 2018, warga Inggris yang bekerja sebagai intelijen Rusia, Sergei Skripal, dan anaknya, Yulia, hampir mati setelah terkena Novichok.

Amerika Serikat menuding Rusia merupakan dalang di balik insiden tersebut.

Lalu pada Juni 2018, dua orang Inggris di Amesbury, sakit parah setelah menggunakan botol parfum yang berkaitan dengan insiden Skripal itu.

Perempuan tersebut meninggal usai menyemprotkan zat itu ke pergelangan tangannya. Ia mengira botol tersebut adalah parfum, demikian laporan Kedutaan Besar AS di Georgia.

Pada September 2018, pihak berwenang Inggris mendakwa secara in absentia dua perwira intelijen militer Rusia atas tuduhan konspirasi pembunuhan, percobaan pembunuhan, dan penggunaan agen saraf Novichok dalam kasus Skripal.

(isa/has/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER