Profil Rasmus Paludan, Politikus Swedia-Denmark yang Bakar Al Quran

CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2023 08:34 WIB
Politikus ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, terus memicu amarah umat Muslim dunia setelah lagi-lagi membakar Al Quran di Copenhagen.
Politikus ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, kembali memicu amarah umat Muslim setelah lagi-lagi membakar Al Quran di Copenhagen. (Ritzau Scanpix/Olafur Steinar Gestsson via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Politikus ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, terus menjadi sorotan setelah kembali menggelar aksi membakar Al Quran di Copenhagen, Jumat (27/1).

Dia melakukan aksi itu depan sebuah masjid dan Kedutaan Besar Turki di Copenhagen, sepekan setelah aksi serupa di depan Kedubes Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Paludan mengklaim menggelar aksi itu demi mendesak Turki merestui Swedia masuk Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).

Dalam aksi terbarunya, Paludan bahkan berjanji dirinya akan terus membakar kitab suci umat Islam itu setiap Jumat sampai Swedia direstui Turki masuk aliansi pertahanan tersebut.

Siapa Rasmus Paludan yang punya "hobi" membakar Al Quran?

Paludan merupakan aktivis sekaligus politikus ekstrem kanan pendiri partai Stram Kurs. Stram Kurs atau gerakan keras merupakan gerakan sayap kanan Denmark yang vokal terhadap sentimen anti-imigran dan anti-Islam.

Pria kelahiran North Zealand pada 1982 itu memiliki dua kewarganegaraan yakni Denmark dan Swedia. Status kependudukan Swedia didapatinya karena ayahnya merupakan warga Swedia.

[Gambas:Video CNN]

Paludan mengawali kariernya sebagai seorang pengacara. Tak lama, dia kemudian aktif mengikuti demonstrasi anti-Muslim yang digelar kelompok For Frihed di Denmark.

Pada 2017, Paludan mendirikan partai Stram Kurs yang dikenal menolak kehadiran imigran dan Muslim di Denmark.

Sejak lama Paludan memang dikenal kerap menuai kontroversi. Dia pertama kali menyedot perhatian internasional pada 2019, ketika menggelar demonstrasi di Viborg, Denmark.

Dalam aksi itu, ia membakar Al Quran hingga memancing emosi Muslim dunia. Saat itu, sekitar 100 orang ikut serta dalam demonstrasi tersebut, menurut laporan media lokal Denmark, Nyheder.

Pada Agustus 2020, Paludan kembali menjadi perbincangan karena berencana membakar Al Quran dalam demonstrasi di Malmo, Swedia. Namun, Paludan dilarang masuk ke Swedia oleh otoritas berwenang.

Swedia mencegat Paludan di pos pemeriksaan dan menekankan bahwa politikus itu dilarang masuk ke negara tersebut hingga dua tahun.

"Dia merupakan ancaman serius," demikian pernyataan kepolisan Swedia yang dikutip media lokal, SVT Nyheter.

Meski begitu, setelah insiden tersebut Swedia memberikan Paludan kewarganegaraan.

Karena telah resmi menjadi warga Swedia, negara itu pun memvonis bersalah Paludan atas tuduhan membuat pernyataan rasial dan menghina dia lakukan.

Paludan sempat dijerat hukuman tiga bulan penjara, berdasarkan laporan Copenhagen Post. Dia juga didenda 30 ribu krona atau setara Rp45,7 juta.

Seolah tak kapok, ia kembali merencanakan aksi demonstrasi dengan membakar Al Quran pada April 2022 di sejumlah kota di Swedia.

Rencana demonstrasi itu pun memicu gelombang protes baru. Banyak yang menolak aksi Paludan karena dianggap memicu kebencian, menurut laporan The Guardian.

Meski memiliki rekam jejak buruk, Paludan tetap diberi izin ketika hendak menggelar demonstrasi di depan Kedubes Turki di Stockholm pada 21 Januari lalu atas dasar kebebasan berekspresi.

Paludan bersumpah akan terus menggelar demonstrasi hingga Turki merestui Swedia masuk NATO.



(blq/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER