Ukraina mengungkap identitas tentara mereka yang dieksekusi brutal oleh pasukan Rusia dengan berondongan tembakan.
Penyelidik dari pasukan keamanan Ukraina, SBU, mengonfirmasi tentara berusia 42 tahun itu bernama Oleksandr Igorovich Matsievsky.
Sebagaimana dilansir AFP, Minggu (12/3), ia merupakan penembak jitu dari batalion ke-163 di brigade pertahanan wilayah Chernihiv, timur laut Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Volodymyr Zelensky memuji "keberanian" Matsievsky di medan tempur. Ia pun menganugerahkan gelar Pahlawan Ukraina untuk Matsievsky.
"[Matsievsky] merupakan tentara, seseorang yang akan terus dikenang," ucap Zelensky.
Identitas Matsievsky sempat menjadi misteri lantaran pihak berwenang memberikan nama yang berbeda ketika video tentara Ukraina itu tersebar di jagat maya. Namun, akhirnya UBS memastikan identitas Matsievsky.
Matsievsky menjadi sorotan karena kamera merekam momen ketika ia dieksekusi beramai-ramai oleh pasukan Rusia di kawasan Donetsk beberapa waktu lalu.
Dalam video yang viral di media sosial itu, Matsievsky terlihat berdiri di depan satu lubang dangkal. Ia terdengar berkata, "Jayalah Ukraina."
Pasukan Rusia yang mengerumuni Matsievsky kemudian melepaskan berondongan tembakan menggunakan senapan otomatis.
Setelah video itu beredar, departemen angkatan bersenjata kawasan Utara Ukraina menyatakan bahwa tentara kelahiran Moldova itu disekap bersama empat personel militer lainnya di Donetsk.
Mereka tak mengungkap identitas tentara tersebut. Meski demikian, ibu tentara itu mengonfirmasi ke salah satu stasiun televisi bahwa korban eksekusi Rusia itu merupakan putranya.
SBU kemudian mengonfirmasi bahwa tentara itu merupakan Matsievksy "berdasarkan komunikasi dengan kerabatnya, analisis foto dan video, juga pemeriksaan forensik medis."
"Dia merupakan pahlawan abadi yang walaupun di hadapan kematian tetap menunjukkan kepada dunia karakternya dan betapa gigih orang Ukraina," tutur kepala SBU, Vasyl Malyouk.
Malyouk memastikan UBS akan terus berupaya mengidentifikasi tentara Rusia yang "melakukan kejahatan berdarah ini."