Merupakan dua suku keturunan Ismail yang membentuk kaum Anshar. Dua suku ini sempat bersekutu dengan beberapa suku Yahudi yang tinggal di sekitar mereka di Yatsrib alias Madinah.
Aus dan Khazraj punya hubungan yang terus bersitegang. Mereka kerap berselisih hingga suatu hari terjadi pertempuran yang berujung pada pertumpahan darah.
Melihat hal ini, para pemimpin Aus pun berencana mengirim delegasi ke Mekkah untuk meminta bantuan dari kaum Quraisy demi melawan Khazraj.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Quraisy menolak permohonan bantuan tersebut hingga Aus pulang dengan tangan kosong ke Madinah.
Kedua suku yang masih berkerabat ini pun dipersatukan oleh Nabi Muhammad melalui Piagam Madinah. Lewat piagam itu, keduanya menjadi satu dan bersama-sama masuk Islam. Setelah menjadi Muslim, suku bangsa ini pun disebut sebagai kaum Anshar.
Lihat Juga :![]() Sejarah Awal Islam di Saudi Kisah Pasukan Nabi Muhammad Kepung Benteng Kokoh Yahudi di Khaibar |
Merupakan salah satu dari tiga bangsa Yahudi yang sangat memusuhi Islam bersama dengan kaum Nadhir dan Quraizhah.
Qaynuqa sangat tidak senang dengan kabar kemenangan Islam dalam Perang Badar.
Setelah pulang dari Perang Badar, Nabi Muhammad sempat menemui kaum Qaynuqa di sebuah pasar di sebelah selatan Madinah. Kala itu, Nabi Muhammad berharap Perang Badar dapat mengubah hati mereka dan mengingatkan mengenai azab jika kaum tersebut membuat Allah murka.
Namun dengan penuh kesombongan, Qaynuqa mengklaim bakal memenangkan perang jika mereka melawan pasukan Rasulullah.
Suatu ketika, terjadi perselisihan yang mengakibatkan pertumpahan darah antara pria Muslim dan pria Yahudi. Keluarga pria Muslim menuntut balas dendam dan meminta kaum Anshar melawan orang Qaynuqa.
Kaum Qaynuqa lantas meminta bantuan sekutu dari Khazraj yakni Bin Ubayy dan Ubadah bin Shamit. Mereka percaya bala bantuan dari sekutu-sekutunya itu bisa membuat mereka meraih kemenangan.
Akan tetapi, bantuan tak kunjung datang. Sebab Ubadah tak mau melanggar janji yang telah dibuat bersama Nabi Muhammad yakni menjaga perdamaian dengan Muslim.
Sementara Bin Ubayy, yang punya hubungan kuat dengan Qaynuqa, ditolak oleh Rasulullah kala memohon kepada sang Nabi untuk memperlakukan kaum Qaynuqa dengan baik.
Kendati begitu, Bin Ubayy tak menyerah. Dia tetap memohon kepada Rasulullah hingga Nabi Muhammad luluh. Rasulullah pun berjanji menjamin nyawa kaum Qaynuqa.
Bersamaan dengan itu, turunlah sebuah wahyu yang meminta Muslim menumpas Qaynuqa apabila suatu saat berhadapan di medan perang.
Bani Nadhir dikenal sebagai suku dari bangsa Yahudi yang kaya raya. Nabi Muhammad pernah meminta bantuan kaum ini untuk membayar diyat.
Namun, pemimpin kaum Nadhir, Huyay, justru berencana membunuh Rasulullah. Rencana itu diketahui oleh Jibril dan langsung disampaikan ke Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad lalu mengutus seseorang ke benteng Bani Nadhir untuk mengabarkan bahwa dirinya sudah tahu rencana pembunuhan tersebut dan meminta Nadhir meninggalkan wilayah karena telah melanggar perjanjian damai.
Namun bangsa itu tak acuh. Mereka justru mempersiapkan perang melawan Rasulullah.
Akan tetapi, pasukan Nadhir tak sanggup menahan serangan pasukan Rasulullah. Mereka akhirnya menyerah dan diminta angkat kaki oleh Nabi Muhammad.
Ketika meninggalkan pemukiman, mereka berjalan penuh congkak seolah tengah pawai. Langkah kaki mereka diiringi suara genderang dan rebana.
Kemana pun mereka pergi, mereka akan memamerkan kekayaan mereka seakan-akan mereka masih punya banyak kekayaan lain yang luar biasa usai diusir.
Kaum Qurayzhah pernah mengkhianati perjanjian damai dengan Rasulullah sehingga memicu pengepungan oleh umat Islam.
Kabar pengkhianatan itu disampaikan oleh Malaikat Jibril yang kemudian meminta Nabi Muhammad segera menuju wilayah Quraizhah, sampai meminta Rasulullah menunda salat Asar.
Pengepungan itu terjadi selama 25 hari. Pemuka Bani Quraizhah, Ka'b bin Asad, yang tak tahan dengan pengepungan lantas mengajukan tiga saran kepada orang-orang kaumnya. Saran pertama, yakni mengikuti ajaran Rasulullah.
Namun, salah seorang kaum Quraizhah menolak dan menyatakan bakal tetap mengikuti hukum Taurat alih-alih Al Quran.
Ka'b pun menawarkan saran kedua yakni membunuh anak dan istri mereka agar tak ada keturunan yang perlu dikhawatirkan apabila mereka dibunuh pasukan Rasulullah.
Saran itu pun kembali ditolak karena orang-orang Quraizhah tak tega membunuh anak dan istrinya.
Ka'b akhirnya memberikan saran ketiga yaitu menyerang pasukan Nabi Muhammad. Akan tetapi saran itu lagi-lagi ditolak.
Meski begitu, pada akhirnya, kaum Quraizhah menyerah dan tunduk di bawah keputusan hukum Nabi Muhammad.
(blq/bac)