Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii, mengatakan selama ini pemerintah RI tak bergerak sendiri untuk mendekati pihak Israel. Mereka mengandalkan jalur non-formal yang melibatkan organisasi Islam.
"Seperti keterlibatan tokoh-tokoh NU yang memiliki akses ke pihak Israel. Dalam diplomasi kita mengenal konsep multi track diplomacy," ungkap dia.
Sya'roni juga mengatakan sejauh ini belum kelihatan dampak terhadap Palestina usai FIFA mencabut status tuan rumah RI di U-20.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai sikap Indonesia di kancah global yang belum terkonsolidasi dengan baik perlu jadi catatan.
"Jika sikap Indonesia didukung oleh negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mungkin FIFA akan mempertimbangkan untuk mengeluarkan Israel dari kompetisi," kata Sya'roni.
Menurut dia, Israel berpotensi terdepak jika sebelumnya pemerintah berkomunikasi dengan organisasi internasional yang mendukung kemerdekaan Palestina.
Namun, Timnas U-20 Israel lolos kualifikasi pada Juni 2022 lalu. Dengan demikian, mereka berhak melaju ke babak selanjutnya dan bertanding di RI.
Pemerintah pusat, lanjut Sya'roni, secara politik bertanggungjawab atas politik luar negeri, sementara pemerintah daerah posisinya menyesuaikan kebijakan nasional.
"Pemerintah perlu ubah strategi diplomasi ke luar," ujar dia.
Sya'roni lantas memberi contoh blok Barat yang berhasil 'melobi' FIFA mengeluarkan Rusia saat gelaran Piala Dunia di Qatar pada 2022.
"Seperti sikap kompak negara Eropa meminta Rusia dikeluarkan dari piala dunia Qatar," ungkap dia.
Pada 2022 lalu, FIFA mencoret Rusia dari perhelatan Piala Dunia karena invasi mereka di Ukraina.
(isa/rds)