Trump lagi-lagi membahas mengenai obrolan teleponnya dengan Sekretaris Negara Bagian Georgia, Brad Raffensperger, pada 2 Januari 2021.
Dalam perbincangan itu, Trump mendesak rekannya sesama kader Partai Republik itu untuk "mencari" suara yang cukup untuk menangguhkan kemenangan Trump dalam pemilu 2020 di Georgia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump mengaku masalah itu dibahas saat ia diselidiki oleh Jaksa Distrik Georgia, Fani Willis. Namun, ia kebingungan karena masalah itu digembar-gemborkan jauh setelah interogasi dilaksanakan.
"Tak ada yang merasa ada yang salah dari telepon sempurna itu hingga ada tur promosi buku berbulan-bulan kemudian. Tiba-tiba, mereka berkata, 'Saya ingat Trump melakukan telepon itu. Ayo kita lihat,'" ucap Trump.
Faktanya:
Klaim bahwa "tak ada" yang menganggap ada kejanggalan dalam telepon itu sebenarnya salah.
The Washington Post bahkan membocorkan mengenai telepon itu hanya berselang sehari setelah Trump berbincang dengan Raffensperger.
Seakan masih tak terima kenyataan, Trump kembali mengungkit mengenai kekalahannya dalam pemilu 2020 lalu.
Trump kembali menyatakan "ada jutaan suara dimasukkan secara ilegal ke dalam kotak suara, dan semuanya tertangkap kamera pemerintah."
Faktanya:
Ini juga kebohongan yang tak berdasar. Jaksa Agung AS saat pemilu itu berlangsung, William Barr, mengakui memang ada sejumlah kecurangan.
Namun, kecurangan itu justru dilakukan oleh sejumlah pendukung, tim kampanye, hingga mantan pejabat dalam pemerintahan Trump.
Semakin melantur dari persidangan, Trump juga membahas AS meninggalkan "peralatan militer terbaik di dunia senilai US$85 miliar" ketika tentara angkat kaki dari Afghanistan pada 2021.
Faktanya:
Angka US85 miliar itu salah. Kementerian Pertahanan mengakui mereka meninggalkan alutsista yang kini bernilai sekitar US$7,1 miliar.
Selain itu, AS juga meninggalkan sejumlah alutsista lain yang sudah tidak dapat beroperasi.
(has)