Rusia Klaim Kepung Bakhmut, Bos Tentara Bayaran Malah Membantah
Rusia mengklaim telah mengepung Bakhmut, kota di Ukraina yang belakangan menjadi medan tempur terpanas. Meski demikian, Ukraina hingga pemimpin tentara bayaran Rusia justru membantah.
Perang pernyataan ini bermula dari tentara Rusia melaporkan pasukan mereka "memblokir transfer tentara Ukraina ke kota dan kemungkinan pengerahan kembali unit-unit musuh."
Tak lama setelah itu, Ukraina menyatakan mereka tetap bisa berkomunikasi dengan pasukannya di dalam Bakhmut. Mereka juga masih bisa mengirimkan amunisi ke kota tersebut.
"Pernyataan itu tak sesuai kenyataan. Kami bisa mengirimkan produk makanan, amunisi, obat-obatan, dan semua yang diperlukan untuk menyembuhkan luka," ujar juru bicara pasukan di timur Ukraina, Sergiy Cherevaty, kepada AFP.
Meski demikian, staf umum pemerintahan Ukraina memang mengakui situasi di Bakhmut saat ini "sulit."
Keadaan kian membingungkan ketika pemimpin Yevgeny Prigozhin selaku pemimpin tentara bayaran Rusia, Wagner Group, juga mengaku tak paham alasan Kremlin mengklaim sudah menguasai Bakhmut.
"Masih terlalu dini. Angkatan Bersenjata Ukraina masih terus mengerahkan pasukan. Yang paling sulit, pertempuran berdarah masih berlangsung. Masih terlalu dini bicara soal pengepungan Bakhmut," katanya.
Walau sudah mendengar selentingan Rusia bakal menguasai kota itu, warga di Bakhmut ogah angkat kaki.
"Saya tak bisa ke mana-mana. Saya tak bisa pergi. Jika rumah saya hancur, saya akan tinggal di ruang bawah tanah," ucap seorang warga bernama Vira Petrova.
Petrova lantas menunjukkan sejumlah kerusakan di rumahnya, seolah ingin menjelaskan alasan ia tak takut untuk tetap berada di sana.
"Kami sudah pernah ditembaki. Setengah atap dapur hancur. Atap tetangga juga hancur. Kami sudah terbiasa," tuturnya.