Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali mengutarakan keinginan Israel menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Netanyahu menilai normalisasi hubungan dengan Saudi akan menjadi "terobosan besar" untuk mengakhiri konflik Arab-Israel, termasuk soal Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menginginkan normalisasi dan perdamaian dengan Arab Saudi. Kami memandang itu mungkin sebagai lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel," kata Netanyahu saat bertemu Senator Republik AS Lindsey Graham di Yerusalem pada Senin (17/4).
"Perjanjian (normalisasi) ini dapat memiliki konsekuensi yang monumental, konsekuensi bersejarah baik bagi Israel, Arab Saudi, kawasan, dan dunia," ucap Netanyahu lagi.
Israel sedang gencar-gencarnya mendekati negara Arab dan mayoritas Muslim lainnya di luar Timur Tengah untuk menjalin relasi normal.
Sejak 2020, Israel telah berhasil membuka hubungan diplomatik dengan beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, hingga Sudan serta Maroko. Israel juga berhasil menormalisasi hubungan dengan Turki pada 2022.
Banyak laporan mengindikasikan Saudi dan Israel tengah menjajaki normalisasi hubungan. Namun, Riyadh masih menahan diri dan enggan mengakui Israel karena konflik dengan Palestina.
Dikutip Reuters, Saudi sempat mengisyaratkan langkah menuju normalisasi dengan Israel harus dikaitkan dengan penyelesaian kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.
Meski begitu, pejabat Arab Saudi dikabarkan sempat bertemu beberapa kali dengan Israel. Namun, laporan itu tidak pernah dikonfirmasi Riyadh.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) yang merupakan pemimpin de fact Saudi juga sempat dikabarkan bertemu diam-diam dengan Netanyahu beberapa tahun lalu untuk mendiskusikan upaya normalisasi. Tetapi, lagi-lagi laporan itu tak mendapatkan konfirmasi resmi kedua negara.
Sementara itu, MbS pernah membuat geger negara Arab pada 2022 karena untuk pertama kalinya blak-blakan menganggap Israel memiliki potensi menjadi sekutu Saudi.
Padahal, selama ini Saudi tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel sebagai bentuk solidaritas penentangan atas pendudukan negara Zionis tersebut terhadap bangsa Palestina.
Bagi kami, kami berharap konflik Israel-Palestina dapat terselesaikan," kata MbS dalam wawancaranya dengan The Atlantic seperti dikutip AFP pada Maret 2022 lalu.
"Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tetapi, kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu," paparnya menambahkan.
Arab Saudi berulang kali menegaskan akan tetap berpegang teguh pada posisi Liga Arab untuk tak menjalin hubungan resmi dengan Israel sampai konflik dengan Palestina selesai.
Tak seperti sang ayah, Raja Salman, MbS memiliki pandangan yang lebih terbuka dan moderat termasuk soal hubungan Saudi dengan Israel.
(rds/rds)