Wagner Group, Tentara Bayaran Rusia yang Diduga Terlibat Konflik Sudan

CNN Indonesia
Rabu, 19 Apr 2023 14:05 WIB
Siapa Wagner Group yang disebut-sebut berada di balik perang saudara Sudan?
Ilustrasi. Wagner Group diklaim terlibat konflik di Sudan. (AFP/OLGA MALTSEVA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tentara bayaran Rusia, Wagner Group, disebut-sebut berada di balik perang saudara Sudan yang pecah sejak Sabtu (15/4). Siapa mereka?

Wagner dikaitkan dengan konflik panas Sudan lantaran hubungannya dengan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Samuel Ramadi, penulis buku Russia in Africa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Wagner baru-baru ini menjalin hubungan RSF yang "ditujukan untuk menciptakan rute penyelundupan emas dari Sudan ke Dubai dan kemudian ke Rusia sehingga mereka dapat mendanai operasi Wagner Group di Ukraina."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wagner Group pertama kali menyedot perhatian ketika diduga terlibat dalam pencaplokan Rusia atas Crimea pada 2014 silam.

Wagner Group dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, mantan narapidana yang pernah melayani Presiden Rusia Vladimir Putin sampai diberikan julukan 'koki Putin'.

Berdasarkan laporan Uni Eropa, Wagner Group pertama kali dibentuk oleh mantan tentara Rusia Dmitry Utkin pada 2014 sebagai organisasi militer swasta. Ia pernah bertugas sebagai agen Badan Intelijen Federal Rusia (GRU) dengan pangkat Letnan Kolonel.

Utkin memilih nama Wagner lantaran kecintaannya terhadap komposer anti-Semit Richard Wagner. Jenderal itu juga disebut mengagumi neo-Nazi.

Wagner pertama kali menunjukkan diri di medan perang saat membantu Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina pada 2014. Tentara bayaran ini juga disebut terlibat dalam upaya gerakan separatisme di Luhansk dan Donetsk agar merdeka dari Ukraina.

Tak hanya itu, mereka dilaporkan terlibat dalam perang di Libya untuk mendukung Jenderal Khalifa Haftar pada 2019. Ketika itu, Haftar melakukan serangan terhadap pemerintah di Tripoli, demikian dikutip inews.co.uk.

Wagner juga sempat beroperasi di Republik Afrika Tengah. Di negara ini, tentara Wagner dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia termasuk pelecehan seksual terhadap perempuan saat bekerja dengan pasukan pemerintah.

Di sisi lain, tentara Wagner juga dituduh bekerja sama dengan para pemberontak untuk mendapatkan berlian yang ditambang secara lokal.

Wagner juga pernah terbang ke Mali untuk berperang melawan kelompok ekstrimis Islam.

Bloomberg melaporkan pada 2017 anggota Wagner Group mencapai 6 ribu orang.

Laporan lain yang dibuat Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyebut bahwa kelompok ini memiliki nilai jual tinggi karena bersedia dibayar murah dan bisa bekerja dengan efisien.

(blq/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER