Alasan Kemal Kilicdaroglu Jadi 'Ancaman' Erdogan di Pemilu Turki

Jelang pemilu Turki pada 14 Mei mendatang, survey menyebut posisi presiden petahana Recep Tayyip Erdogan kalah dari suara pesaing utamanya, Kemal Kilicdaroglu.

Dalam survei Konda pada Kamis (11/5), Erdogan hanya meraup 43,7 persen suara sementara pesaing utamanya dari partai oposisi meraih 49,3 persen suara.

Hasil ini membuat posisi Erdogan sementara kekurangan suara mayoritas yang dibutuhkan untuk memenangkan putaran pertama pemilu Turki. Hasil ini kemungkinan akan membawa Turki berlanjut ke putaran kedua pada 28 Mei.

Kemal Kilicdaroglu disebut punya peluang mengalahkan Erdogan dalam pemilu presiden, terutama karena ekonom senior itu didukung oleh koalisi besar yang terdiri dari enam partai Turki.

Lihat Juga : Rusia Damprat Rival Erdogan, Kesal Dituduh Intervensi Pemilu Turki

Dipimpin oleh partai oposisi utama Republican People's Party atau CHP dan sayap kanan Partai Iyi, koalisi tersebut mencakup spektrum partai yang luas termasuk Democracy and Progress (DEVA) Party dan Gelecek Party yang dipimpin oleh dua mantan sekutu Erdogan, Ali Babacan dan Ahmed Davutoglu.

Kilicdaroglu yang mewakili koalisi besar National Alliance ini menjanjikan perubahan besar, setelah 20 tahun masa kepemimpinan Erdogan dan Justice and Development Party (Partai AK).

Dilansir Al Jazeera, Kilicdaroglu berjanji untuk membangun rumah bagi para korban gempa Februari secara gratis, dan melarang penjualan properti kepada orang asing sampai krisis perumahan di Turki terselesaikan bagi warganya.

Dari segi ekonomi, capres Turki berusia 74 tahun itu berjanji untuk mengembalikan kebijakan ekonomi yang lebih tradisional dan menurunkan inflasi, serta mengecam kebijakan suku bunga rendah yang selama ini diusung Erdogan.

[Gambas:Video CNN]

Beberapa waktu lalu, dia mengatakan akan berupaya mendapatkan kembali kepercayaan investor asing di Turki, dan mengubah negara itu menjadi negara manufaktur dengan produk bernilai tinggi.

Nation Alliance juga berupaya menghapus sistem presidensial eksekutif yang diperkenalkan oleh Erdogan melalui referendum pada 2017 dan mengembalikan sistem parlementer yang kuat untuk memerintah Turki.

Pengamat dari Universitas Kadir Has Istanbul, Soli Ozel, mengatakan perbedaan kontras antara Kilicdaroglu dan Erdogan sangat jelas.

"Kilicdaroglu adalah sosok yang tidak dikenal karena kepribadiannya yang karismatik, tapi dia pekerja keras. Dia juga berjanji kepada Turki tentang masa depan yang lebih tenang, dan berjanji untuk memberantas korupsi," ungkap Ozel, dikutip dari NPR.

Lihat Juga : Survei Sebut Erdogan KO di Pemilu, Siapa Saja Capres Turki?

Mengenai masalah internasional, para analis mengatakan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa kemungkinan akan menganggap Kilicdaroglu sebagai mitra yang lebih 'mudah untuk ditangani'.

Sementara itu dari sisi koalisi, pengamat menilai koalisi bersatu yang mengusung Kilicdaroglu ini sebagai 'peristiwa luar biasa' dalam sejarah politik Turki.

"Satu kegagalan besar mengapa oposisi tidak dapat menggeser Erdogan di masa lalu adalah kegagalan untuk bertindak satu suara. Kali ini, oposisi telah mampu membentuk koalisi besar yang mencakup enam partai politik," kata Ulgen.