Inggris mendeteksi virus flu burung pada dua pekerja peternakan unggas setelah melakukan pengujian terhadap orang-orang yang melakukan kontak erat dengan unggas yang terinfeksi.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan kedua pekerja positif flu burung itu tidak memperlihatkan gejala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua orang yang kembali dinyatakan positif diketahui baru-baru ini bekerja di peternakan unggas yang terinfeksi flu burung di Inggris. Tidak ada yang mengalami gejala flu burung dan keduanya sejak itu telah dinyatakan negatif," bunyi pernyataan UKHSA pada Selasa (16/5).
Dilansir Reuters, UKHSA mengatakan penemuan dua kasus flu burung pada manusia ini tidak mengubah tingkat risiko terhadap kesehatan masyarakat.
Sampai saat ini, UKHSA tidak mendeteksi bukti "penularan dari manusia ke manusia" meski telah beberapa kali mendeteksi kasus flu burung pada manusia.
Pada Januari 2022, Inggris juga mendeteksi kasus langka flu burung yang menjangkit manusia.
UKHSA menuturkan penularan flu burung dari unggas ke manusia sangat jarang terjadi. Sejauh ini, Inggris baru mencatat beberapa kasus serupa.
London juga menganggap risiko penularan flu burung pada manusia "sangat rendah", namun tetap memperingatkan masyarakat agar tindak menyentuh unggas yang sakit atau mati.
Inggris pernah memusnahkan setengah juta unggas selama 2021 karena wabah flu burung.
Menteri Lingkungan George Eustice bahkan menegaskan wabah flu burung tahun lalu menjadi "yang terbesar yang pernah terjadi" di negara Eropa Barat itu.
Pemerintah Inggris juga meluncurkan aturan baru pada Desember lalu yang mewajibkan pemelihara untuk memastikan semua unggas yang dipelihara berada di dalam ruangan dan mengikuti langkah-langkah keamanan biologi yang ketat demi membendung penyebaran virus.
Namun, para pejabat telah menyuarakan keprihatinan bahwa burung liar yang bermigrasi dari daratan Eropa selama bulan-bulan musim dingin mungkin membawa penyakit tersebut.
(rds)