Bagaimana orangtua membiarkan anak membolos sekolah setiap minggu demi aksi demo?
Ini pertanyaan yang kelihatannya sangat relevan untuk orangtua di luar benua Eropa. Baik Greta, Axelsson maupun Verrata mengakui bahwa status mereka sebagai warga Eropa mereka menguntungkan.
Pertama, hak demonstrasi dilindungi di Swedia dan Italia. Begitu anak menginjak usia 17 tahun si anak sudah boleh menentukan pilihannya sendiri sebagai manusia dewasa, tidak bisa dipaksa orangtua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyadari, ini privilege. Tidak semua anak di dunia bisa berdemo tanpa terancam keselamatannya. Juga tidak semua orangtua di dunia punya sikap (mengizinkan demo) yang sama," kata axelsson.
Verrata malah merasa justru orangtuanya lah yang mengajari demo.
"Saya sudah dibawa demo sejak masih dalam dorongan bayi. Jadi soal demo, buat orangtua saya bukan barang aneh," kata Verrata. Kedua orangtuanya, menurut Verrata sangat peduli pada isu lingkungan di Italia.
Orangtua Axelsson kurang lebih sama. Ia sudah ikut aktif berdemo sejak sekolah menengah.
"Mungkin karena ini Swedia. Orangtua lebih bisa menerima kalau anaknya menuntut punya pendapat sendiri. Tentu saja saya tidak menafikan bahwa tidak semua orangtua di sini punya sudut pandang begitu," tambahnya.
Meski demikian Axelsson juga mengakui adiknya yang baru 13 tahun kadang dilarang bolos sekolah karena ikut demo.
"Yang jelas ada sebagian orangtua yang melihat bahwa tidak semua hal diajarkan di sekolah. Aksi demo untuk menuntut keadilan iklim ini juga sebuah sarana belajar kan, dan itu tidak diajarkan di sekolah," tambah Verrata.
Kembali ke Greta, apa pesannya untuk 80 juta anak di Indonesia yang saat ini menghadapi krisis iklim sementara snagat sedikit yang sudah menyadari ap aitu perubahan iklim?
"Pesannya sama saja dengan yang lainnya," jawab Greta singkat sebelum melipir.
Rupanya maksudnya adalah semua orang perlu melakukan apa yang bisa dilakukan dalam menghindari kiamat iklim terjadi. Ada yang aktif dalam Gerakan dan organisasi muda perubahan iklim - dengan bermacam nama.
Bagaimana kalua akhirnya nanti para pegiat mud ini frustasi karena tuntutannya tak kunjung tercapai lalu bosan dan kampanye menuntut keadilan iklim tak laku lagi?
Axelsson dan Verrata tertawa.
"Kami tidak khawatir sih. Tiap hari ada saja muka-muka baru di sini (arena demo halaman Parlemen Swedia). Pasti ada penerusnya," kata Axelsson santai.
"Musuh kami cuma satu: waktu. Kita sekarang kejar-kejaran dengan waktu karena kondisi bumi makin buruk perubahan iklim terjadi makin cepat. Ilmuwan sudah memperingatkan kalau ketinggian suhu 1,5 derajat lewat, ya sudah selesai kita," tambah Verrata serius.
(vws)