Bendungan raksasa Nova Kakhovka, di Kherson Oblast, Ukraina, meledak dan jebol pada Selasa (6/6) hingga mengakibatkan banjir bandang dan menewaskan sejumlah orang.
Rusia dan Ukraina saling menuding soal pelaku peledakan. Moskow menyebut Kyiv menyabotase tanggul untuk mengalihkan perhatian dari payahnya serangan balasan mereka. Sementara Ukraina menyebut aksi tersebut termasuk rangkaian aksi teroris Kremlin kepada mereka.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL PM Malaysia Guyon Jokowi Blusukan sampai Israel Mau Hancurkan Libanon |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai bendungan Nova Kakhovka ini, bagaimana sejarahnya?
Bendungan yang terletak di Kota Nova Kakhovka, selatan Ukraina, ini sudah dibangun sejak 1956 silam. Pembangunan bendungan dimulai di bawah pemimpin Soviet Josef Stalin dan selesai saat Nikita Khrushchev memimpin.
Bendungan Kakhovka melintasi Sungai Dnipro, yang membentuk garis depan antara pasukan Kremlin dan Kyiv di selatan Ukraina.
Pembuatan waduk Kakhovka seluas 2.155 kilometer persegi pada zaman Soviet ini membuat sekitar 37 ribu orang terusir dari rumah mereka.
Sebagai bagian dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA), waduk Kakhovka menampung 18 kilometer kubik air, volume yang setara dengan Great Salt Lake di negara bagian Utah, Amerika Serikat.
Melansir Reuters, waduk itu memasok air ke Semenanjung Crimea, yang dicaplok Rusia pada 2014, serta ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, yang juga berada di bawah kendali Moskow.
Air dari bendungan ini digunakan untuk mendinginkan reaktor di PLTN. Pembangkit nuklir ini sendiri mampu menghasilkan hingga 6 ribu megawatt listrik, yang cukup untuk memberi daya hingga 4 juta rumah.
Sebelum meledak, bendungan Nova Kakhovka punya sejarah sendiri bagi Rusia. Stalin pernah memerintahkan penghancuran bendungan di seberang Sungai Dnipro pada 1941 saat menghadapi invasi pasukan Jerman.
Rusia juga mempraktikkan kebijakan bumi hangus selama invasi Napoleon pada 1812, yang menyisakan sebagian kecil tentara Prancis. Penghancuran semacam ini pun dinilai sebagai salah satu taktik perang Rusia.
Kini setelah bendungan jebol, sekitar 22 ribu orang yang tinggal di kawasan yang dikendalikan Rusia berisiko terdampak banjir. Dampak ini juga bisa dirasakan oleh 16 ribu orang yang tinggal di kawasan yang masih dikontrol Ukraina.
Hampir 12 ribu orang di Kherson pun saat ini harus bertahan hidup tanpa listrik imbas banjir, demikian dilaporkan TIME.
Menurut laporan The Guardian, permukaan air naik 11,5 kaki pada Selasa, dan naik dua hingga tiga inci setiap setengah jam di daerah dataran rendah.
Sementara itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB menyebut tak ada risiko langsung dari jebolnya bendungan terhadap PLTN Zaporizhzhia.
(blq/bac)