Ukraina Sadap Telepon yang Ungkap Rencana Rusia Sabotase Kakhovka
Dinas Keamanan Ukraina (Security Service of Ukraine/SBU) menyatakan pihaknya telah menyadap panggilan telepon yang membuktikan bahwa "kelompok sabotase" dari Rusia meledakkan bendungan Nova Kakhovka.
Melalui Telegram, SBU mengunggah klip audio berdurasi satu setengah menit mengenai percakapan yang menunjukkan dua pria diduga sedang mendiskusikan dampak dari bencana tersebut.
"Mereka (Ukraina) tidak menyerangnya. Itu adalah sabotase kelompok kami," kata salah satu pria dalam rekaman tersebut yang dideskripsikan oleh SBU sebagai prajurit Rusia, seperti dikutip Reuters, Jumat (9/6).
"Mereka ingin, seperti, menakut-nakuti (orang) dengan bendungan itu. (Tapi) itu tidak berjalan sesuai rencana, dan (mereka melakukannya) lebih dari apa yang mereka rencanakan."
Pria itu juga mengatakan "ribuan" hewan mati di taman safari di bagian hilir imbas hancurnya bendungan.
Pria lain di telepon pun terkejut dengan pernyataan pria yang diduga prajurit tersebut.
Reuters tidak bisa memverifikasi rekaman tersebut secara independen. Rusia pun sejauh ini belum memberikan komentar.
SBU tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai percakapan atau pihak yang berbicara. SBU hanya mengungkap bahwa penyelidikan atas kejahatan perang dan ekosida kini telah dibuka.
"Penyadapan oleh SBU menegaskan bahwa PLTA Kakhovka diledakkan oleh kelompok sabotase dari penjajah," tulis SBU dalam pernyataan.
"Para penjajah ingin memfitnah Ukraina dengan meledakkan bendungan dan melakukan bencana buatan manusia di selatan negara kita."
Kepala SBU Vasyl Malyuk mengatakan dengan meledakkan bendungan, Rusia "secara definitif membuktikan bahwa itu adalah ancaman bagi seluruh dunia yang beradab."
"Tugas kami adalah untuk mengadili tidak hanya para pemimpin rezim Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi juga para pelaku kejahatan biasa," ujar dia.
Pada Selasa (6/6) dini hari, bendungan Nova Kakhovka meledak dan mengakibatkan banjir bandang di sejumlah wilayah Kherson Oblast, kawasan yang diduduki Kremlin sejak invasi.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Ukraina, setidaknya 2.339 orang telah dievakuasi imbas bencana tersebut.
Sekitar 22 ribu orang yang tinggal di wilayah yang dikendalikan Rusia berisiko terdampak banjir. Dampak ini juga bisa dirasakan oleh 16 ribu orang yang tinggal di kawasan yang masih dikontrol Ukraina.
Hingga kini, tidak diketahui apakah bendungan itu jebol karena sengaja diserang atau akibat kegagalan struktural. Baik Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas keruntuhan tersebut.
(blq/bac)