Salah satu risiko utama yang mungkin terjadi adalah pemadaman listrik atau korsleting. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi dengan daratan, menurut profesor ahli teknologi kapal selam dari University of Adelaide, Eric Fusil.
Fusil menuturkan beberapa kapal selam memiliki sumber listrik kedua seandainya sumber listrik utama mengalami masalah. Namun, hingga kini tidak jelas apakah Titan memiliki cadangan daya saat hilang kontak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip CNN, korsleting juga berbahaya lantaran dapat menyebabkan kebarakan di atas kapal yang tidak hanya akan merusak sistem kapal tetapi juga menimbulkan asap beracun di dalam kapal tempat penumpang berada.
Kebocoran selalu menjadi risiko utama kecelakaan saat ekspedisi kapal selam. Apalagi, kapal selam harus turun hingga kedalaman laut hingga 3,81 kilometer untuk mencapai bangkai kapal Titanic.
Pada kedalaman itu, tekanan yang sangat besar bisa menyebabkan sebagian besar kapal selam meledak dan memicu kebocoran hingga banjir, kata Fusil.
Sementara itu, kapal selam Titan ini diklaim turut dilengkapi fitur keselamatan baru yang inovatif memantau tekanan pada kapal yang dapat memicu sistem peringatan dini bagi pilot jika ada masalah yang terdeteksi.
Dengan kedalaman dan arus yang kuat, puing-puing kapal Titanic di dasar laut bisa bergerak sehingga memunculkan risiko kemungkinan kapal selam itu terjebak di antara reruntuhan Titanic.
Selain itu, puing-puing kapal Titanic yang bertebaran dan arus yang kencang di bawah laut bisa membuat jalan kapal selam juga terhalang.
(rds)