Tentara bayaran Wagner Group terus menjadi sorotan usai upaya pemberontakan yang dilakukan terhadap militer Rusia akhir pekan lalu.
Pasukan Wagner dan bosnya Yevgeny Prigozhin menggeruduk kota Rostov di Rusia, karena menuding Kremlin menyerang kamp kelompok tentara bayaran tersebut.
Mereka bahkan mengancam akan mengirim pasukan ke Moskow, untuk menggulingkan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya 'kudeta' Wagner cukup mengejutkan dunia dan mengguncang pemerintahan Presiden Vladimir Putin, lantaran selama ini Wagner adalah kelompok tentara bayaran yang berperang bagi Rusia saat menginvasi Ukraina.
Wagner Group pun ternyata tidak hanya aktif di Ukraina, namun juga hadir di banyak negara lain termasuk Suriah dan Mali.
Para pengamat meyakini, Wagner Group kemungkinan besar aktif di lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Berikut ulasannya mengutip DW.
Sejak awal perang Ukraina, Wagner Group sering muncul dalam pemberitaan utama. Organisasi ini pertama kali muncul tahun 2014, di wilayah Donbas Ukraina, di mana mereka mendukung separatis pro-Rusia.
Sejak saat itu, Wagner terus berkembang. Prigozhin sendiri belakangan ini mengaku memiliki 25 ribu pasukan. Mereka secara aktif merekrut narapidana dari penjara bahkan eks anggota militer Rusia yang dipermalukan.
Wagner Group sangat aktif di Afrika untuk kepentingan Rusia. Mereka diduga terlibat dalam ekstraksi bahan mentah, ikut campur dalam demokrasi, bahkan melakukan kampanye hitam di sana.
Sudan dianggap sebagai salah satu negara Afrika yang paling dipengaruhi Rusia. Wagner aktif di Sudan selama bertahun-tahun dan mendukung pemerintahan militer Sudan.
Pengamat mengatakan tujuan utama Wagner Group di Sudan adalah untuk mengamankan akses Rusia ke bahan mentah berharga seperti emas, mangan, silikon dan uranium.
"Yevgeny Prigozhin dan jaringannya mengeksploitasi sumber daya alam Sudan untuk keuntungan pribadi dan menyebarkan pengaruh jahat ke seluruh dunia," kata mantan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada tahun 2020.
Sementara itu di Mali, Wagner bekerja sama dengan penguasa militer yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta tahun 2021.
Lanjut di halaman berikutnya...