3 Skandal yang Bikin Gereja Katolik Jerman Ditinggal 500 Ribu Jemaat
Jerman geger ketika laporan teranyar menunjukkan rekor lebih dari 500 ribu jemaat meninggalkan gereja-gereja Katolik di negara itu karena berbagai perkara dan skandal.
Berdasarkan laporan Komisi Keuskupan Jerman pada pekan lalu, total 522.821 orang meninggalkan gereja Katolik dalam setahun belakangan, melonjak dari 359.338 pada 2021.
Angka tersebut terbilang sangat besar ketimbang jumlah jemaat yang memutuskan untuk masuk Gereja Katolik dalam setahun terakhir, yaitu 1.447 orang.
Dengan angka keluar lebih banyak dari yang masuk, jumlah jemaat Gereja Katolik di Jerman saat ini berada di angka 20,94 juta, atau tak mencapai seperempat dari total populasi.
Lihat Juga : |
DBK tak menjabarkan lebih lanjut alasan jemaat berbondong-bondong keluar dari Gereja Katolik Jerman.
Namun, Associated Press merangkum sejumlah masalah yang membuat jemaat gerah dan kemungkinan menjadi alasan mereka hengkang.
1. Pajak gereja
Di Jerman, warga anggota resmi gereja harus membayar "pajak gereja" yang besarannya sekitar 8-9 persen dari pendapatan total. Dana itu biasanya digunakan untuk membiayai operasional gereja.
Beberapa jemaat menganggap aturan ini memberatkan, apalagi mereka masih harus membayar pajak pendapatan yang mencapai 20 persen dari total pendapatan.
Pemerintah Jerman memang menerapkan pengecualian pajak gereja bagi jemaat yang merupakan pekerja dengan pendapatan rendah, pengangguran, pensiunan, pelajar, dan beberapa kategori lainnya.
Namun, jemaat lain harus tetap membayar pajak gereja. Para jemaat tak perlu lagi membayar pajak tersebut jika melaporkan kepada otoritas bahwa mereka bukan lagi anggota gereja.
Tak hanya memberatkan warga, pajak gereja ini juga sempat memicu kontroversi pada 2014 lalu.
Kala itu, seorang uskup bernama Franz-Peter Tebarts-van Elst dipecat setelah kedapatan menghamburkan lebih dari US$40 juta dana gereja untuk merenovasi kediaman dinasnya.
Sejak saat itu, kepercayaan umat terhadap gereja terkikis. Konferensi Uskup-uskup Jerman pun berupaya mendorong transparansi dengan mendesak setiap keuskupan melaporkan finansial mereka tiap tahun.
Namun, kepercayaan warga tetap tak bisa dipulihkan.
2. Pelecehan seksual
Tak hanya tekanan ekonomi, skandal pelecehan seksual juga menjadi salah satu alasan para warga Jerman mulai meninggalkan gereja.
Para jemaat menganggap Gereja Katolik sangat lamban menangani laporan setumpuk dugaan pelecehan seksual yang dilakukan pastur dan petinggi gereja lainnya.
Merujuk pada laporan gereja pada 2018 lalu, setidaknya 3.677 orang menjadi korban pelecehan oleh pastur di Jerman pada periode 1946-2014.
Lebih dari setengah korban merupakan jemaat berusia 13 tahun atau bahkan lebih muda. Nyaris sepertiga di antaranya merupakan putra altar.
Karena pergerakan Gereja Katolik begitu lamban, sejumlah keuskupan di Jerman akhirnya mengutus perusahaan-perusahaan hukum untuk menyusun laporan terkait penanganan kasus pelecehan di masa lalu.
Laporan itu menguak fakta bahwa lembaga Gereja Katolik tertinggi di Kota Cologne, Keuskupan Agung Cologne, kemungkinan sengaja menutupi pelecehan seksual oleh para pastur.
Tak hanya itu, laporan independen Keuskupan Agung Munich juga mengungkap kegagalan penanganan pelecehan seksual oleh para pastur di kota tersebut.
Perkara apa lagi yang menerpa Gereja Katolik Jerman? Baca di halaman berikutnya >>>