Sejarah Reformasi Gereja Martin Luther Jerman yang Kini Krisis Jemaat
Jumlah jemaat gereja protestan yang menurun drastis menjadi sorotan usai Jerman menghadapi "krisis jemaat."
Umat Protestan merupakan mayoritas di Jerman. Namun, jumlah mereka terus menyusut.
Menurut lembaga Evangelische Kirche in Deutschland (KD), jumlah umat Protestan kini hanya berjumlah 19,1 juta anggota atau mewakili 22,7 persen dari total populasi di Jerman.
Terlepas dari itu, jumlah jemaat gereja pernah mencapai angka yang fantastis usai Reformasi Protestan Martin Luther, perombakan aturan dan pemisahan dari Gereja Katolik.
Martin adalah seorang pendeta sekaligus aktivis yang memimpin gerakan penuntutan hak-hak sipil.
Ia juga menentang hierarki gereja dan menolak ajaran Gereja Katolik soal pembenaran atau bagaimana orang diselamatkan melalui indulgensi (konsep pengampunan dosa).
Pada saat itu, indulgensi bisa dibeli dan menjadi sarana eksploitasi ekonomi. Konsep ini menggerogoti orang miskin bagi mereka yang takut hukuman di akhirat.
Reformasi Protestan dimulai pada 1517, saat Luther menancapkan 95 Tesis di pintu Gereja Kastil Wittenberg, Jerman, demikian dikutip New Yorker.
Dokumen itu berisi 95 gagasan soal kekristenan yang mengundang orang untuk debat publik dengan Luther. Ide-ide ini dianggap kontroversial karena secara langsung bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik, demikian dikutip National Geographic.
"Umat Kristen harus diberi pelajaran bahwa dia yang memberi kepada orang miskin atau meminjamkan kepada yang membutuhkan melakukan perbuatan yang lebih baik daripada dia yang membeli indulgensi," demikian bunyi Tesis ke 43, dikutip New Yorker.
Selain itu, ada pula poin yang lebih provokatif yakni tesis ke-45. Luther memprotes kesalahan doktrin dan eksploitasi sosial imbas ajaran gereja yang dianggap keliru.
"Orang Kristen harus diberi pelajaran, dia yang melihat tetangganya dalam kesusahan dan, bagaimanapun, membeli kesenangan bukanlah mengambil bagian dalam pengampunan Paus, tetapi dalam murka Tuhan."
Lihat Juga : |
Ini menjadi tanda lahirnya Protestan, sekaligus pecahnya Gereja Katolik Roma. Namun, beberapa sumber menyebut ini hanya aksi simbolik terkait perlawanan.
Gereja Katolik Roma mematuhi aturan Paus, sementara Gereja Protestan menentang aturan-aturan yang sebelumnya ditetapkan.
Keberatan Luther terhadap sistem indulgensi juga membuka jalan terhadap doktrin Katolik lain di seluruh Eropa. Misalnya, John Calvin di Prancis dan Huldrych Zwingli di Swiss. Mereka mengusulkan hal baru soal praktik Perjamuan Kudus.
Hari-hari setelah itu, Gereja Protestan tumbuh subur, dan kian terpecah. Penerus Luther dikenal sebagai Protestan, karena gerakan dia yang berpusat pada protes.
Orang Protestan percaya bahwa setiap individu harus mandiri dalam hubungan mereka dengan Tuhan, bertanggung jawab atas iman mereka, dan mengacu pada Alkitab untuk soal spiritual.
(isa/bac)