Presiden Amerika Serikat Joe Biden akhirnya merestui penjualan jet tempur F-16 ke Turki tanpa "peringatan atau syarat" pada Senin (10/7).
Lampu hijau dari AS ini datang tak lama setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan Turki akhirnya mengizinkan Swedia bergabung dengan Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) setelah sempat ngotot menentang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biden telah dan tegas dalam dukungannya untuk langkah tersebut (penjualan F-16 ke Turki)," kata Penasihat Keamanan AS Jake Sullivan, menjelang pertemuan puncak NATO di Lithuania.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN jelang KTT NATO, Biden sekali lagi menegaskan dukungannya untuk menjual F-16 buatan AS ke Turki. Namun, ia menegaskan langkah ini bagian dari tujuan memperkuat kapasitas militer NATO.
Sullivan mengatakan Gedung Putih juga telah menghubungi Komite Hubungan Luar Negeri Senat sekaligus senator dari Demokrat, Bob Menendez terkait keputusan Biden ini.
Menendez selama ini menyerukan penentangan penjualan F-16 ke Turki karena khawatir Ankara akan menggunakan teknologi itu untuk mengintimidasi Yunani yang punya riwayat relasi kurang baik.
Selama ini, Turki berusaha membeli F-16 senilai US$20 miliar. Tetapi penjualan itu terhenti karena keberatan dari Kongres AS terkait sejumlah isu yakni penolakan Ankara soal perluasan NATO, catatan HAM Turki, dan kebijakan Ankara soal Suriah.
Namun, setelah polemik penolakan Turki terhadap keanggotaan Swedia di NATO, AS mulai mempertimbangkan penjualan F-16 ke Ankara.
Saat itu, Biden memberi isyarat bersedia mempertimbangkan penjualan F-16 ke Turki dengan syarat restu Ankara terhadap Swedia untuk masuk NATO.
"Saya berbicara dengan Erdogan. Saya mengucapkan selamat kepada Erdogan," kata Biden pada 29 Mei lalu.
"Dia (Erdogan) masih ingin membicarakan soal F-16. Saya mengatakan padanya kami menginginkan kesepakatan dengan Swedia (masuk NATO), jadi mari kita selesaikan. Jadi kami akan kembali berkomunikasi satu sama lain," ujarnya menambahkan kepada wartawan di Gedung Putih.
Swedia dan Finlandia tengah memproses keanggotaan NATO sejak tahun lalu. Sementara itu, syarat menjadi anggota NATO salah satunya yakni harus disetujui oleh semua anggota.
Turki, sebagai salah satu anggota NATO, semula mengungkapkan keberatan terhadap keanggotaan Swedia dan Finlandia di aliansi tersebut. Salah satu alasannya yakni Ankara menganggap kedua negara Nordik itu mendukung kelompok Kurdistan yang dinilai Turki sebagai teroris.
Swedia dan Finlandia juga masih menerapkan sanksi dan embargo terhadap Turki terkait riwayat penegakan HAM.
Penolakan Turki terhadap keanggotaan Swedia di NATO juga kian dalam setelah insiden pembakaran Al Quran oleh salah satu politikus ekstrem kanan, Rasmus Paludan.
Turki marah lantaran Swedia membiarkan insiden pembakaran Al Quran terjadi dan berulang.
(rds)