Jakarta, CNN Indonesia --
Para pembelot Korea Utara (Korut) ditampung di kamp pelatihan di Korea Selatan (Korsel). Mereka mendapatkan bekal keterampilan untuk hidup di 'dunia luar'.
C, perempuan Korut, dulu hanya tahu kehidupan di luar negaranya via televisi. Dia pun kini menghirup udara 'luar' dan merasakan sendiri apa yang dilihatnya di kamp khusus pembelot Korut di Korsel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya belajar bahwa Korsel adalah negara kaya yang menjamin hak asasi manusia," ujar C seperti dilaporkan CNN.
C menyaksikan sendiri orang-orang yang tertangkap akibat kepemilikan buku, film yang dilarang di Korut. Namun berkat acara tv yang diselundupkan, dia menyaksikan realitas berbeda.
Dia pun melarikan diri pada 2019 dan menghabiskan beberapa tahun di China sebelum akhirnya ke Korsel. Di Korsel, C menerima pelatihan di Hanawon, sebuah fasilitas yang dikelola pemerintah, sekitar 80 km dari Seoul.
[Gambas:Video CNN]
Semua pembelot Korut harus menghabiskan waktu setidaknya tiga bulan di Hanawon sebelum mereka membaur dengan masyarakat. Mereka dilatih dalam segala aspek mulai dari budaya, sejarah, dan keterampilan tertentu.
Di sana, para pembelot bisa memilih keterampilan dari 22 jenis pelatihan kerja. Mereka dilatih melakukan aktivitas sehari-hari termasuk membeli bahan pangan, membuka rekening bank dan aktivitas lain.
Setelah menyelesaikan program, mereka menerima tunjangan pemerintah seperti subsidi awal dan dukungan perumahan guna memulai hidup baru di Korsel.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Menteri Unifikasi Kwon Young-se mengatakan memberikan pelatihan keterampilan lebih baik ketimbang memberikan uang.
"Daripada memberikan bantuan keuangan, perlu memberikan pelatihan kerja yang sebenarnya dibutuhkan untuk bertahan hidup di Korea Selatan, dan pelatihan yang membantu mereka menyesuaikan diri dengan Sistem Korea Selatan," katanya.
Sebanyak dua pembelot, A dan B, berbagi pengalaman mereka. Menurut mereka, pelatihan ini berguna. Selain itu, dana untuk pemukiman juga dinilai cukup.
Hanya saja, ada yang memiliki pendapat berbeda. Hanawon dilihat belum bisa benar-benar menyiapkan mereka kembali ke 'dunia nyata'.
"Hanawon seharusnya mengajari saya hal-hal yang sebenarnya bisa saya gunakan, tetapi mereka hanya mengajari saya hal-hal yang tidak masuk akal," kata Kim, pembelot yang menyelesaikan pelatihan di 2018.
Ada pelajaran yang sangat membantu seperti teknologi modern, tapi ada pula kelas teoritis yang membingungkan semisal membaca buku berisi cara melapisi cincin dengan emas.
Sokeel Park, direktur Liberty in North Korea (LINK) untuk Korea Selatan, organisasi yang membantu warga Korut bermukim di Korsel, menilai pendekatan seperti ini "ketinggalan zaman".
"Sungguh ironis bahwa para pengungsi Korea Utara mempertaruhkan hidup mereka untuk melarikan diri dari kendali pemerintah yang ekstrem tetapi harus menghabiskan beberapa bulan pertama mereka di Korea Selatan hidup di bawah kendali pemerintah yang sombong yang tidak melayani kepentingan mereka atau menghormati agensi mereka," kata Park.
Harus diakui, memang ada kekhawatiran mengenai kehidupan sebenarnya di Korsel. Situasinya jelas jauh berbeda dengan Korut. Bagaimana jika dianggap aneh? Namun C terdengar optimistis soal kehidupan barunya nanti.
"Saya telah belajar dengan keras... Saya mencoba untuk mengatur hidup saya percaya bahwa segala sesuatunya akan berhasil jika saya berusaha cukup keras," katanya.
"Saya jadi tahu bagaimana tinggal di Korea Selatan, di Hanawon."