Iran Tutup Kantor E-commerce Gegara Karyawan Perempuan Tak Berhijab
Pihak berwenang di Iran menutup salah satu kantor perusahaan e-commerce terbesar di negara itu, gara-gara ada karyawan perempuan yang tidak mengenakan jilbab.
E-commerce Digikala, atau yang secara lokal juga dikenal sebagai "Amazon Iran", dianggap melanggar aturan usai mengunggah foto pertemuan perusahaan, di mana beberapa karyawan perempuan tampak tidak mengenakan jilbab.
Dilansir dari Al Arabiya, pasca pengunggahan foto itu media lokal menyebut salah satu kantor Digikala telah disegel secara paksa. Namun situs web penjualan masih tetap beroperasi secara normal.
Menurut informasi di situs web resmi Kehakiman Iran, kasus pengadilan telah diajukan sehubungan dengan unggahan foto Digikala. Namun belum ada penjelasan lebih lanjut terkait kasus ini.
Digikala adalah perusahaan e-commerce besar di Iran dengan lebih dari 40 juta pengguna aktif yang mewadahi lebih dari 300 ribu penjual.
Sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat karena program nuklir, menyebabkan warga di Iran tak bisa mengakses situs-situs belanja online internasional seperti Amazon.
Selama beberapa waktu terakhir, polisi moral Iran memang semakin gencar melakukan razia perempuan yang tak memakai jilbab atau kerudung.
Awal pekan ini, sebuah festival film yang digelar di Iran dilarang untuk digelar, imbas memasang poster promosi yang menampilkan seorang aktris tidak mengenakan hijab.
"Menteri Kebudayaan secara pribadi telah mengeluarkan perintah untuk melarang Festival Film ISFA edisi ke-13, setelah menggunakan foto seorang wanita tanpa jilbab di posternya yang melanggar hukum," kata kantor berita IRNA, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (22/7).
Pekan lalu, polisi moral Iran juga berpatroli di jalanan menggunakan mobil van.
Sejumlah foto yang beredar di media sosial juga memperlihatkan polisi moral Iran, termasuk petugas perempuan yang mengenakan cadar hitam, menangkap kaum sesamanya yang tidak mengenakan kerudung. Para petugas juga terlihat mencaci maki mereka yang ditangkap.
Patroli ini menjadi yang terbaru setelah polisi Iran menghentikan razia serupa menyusul protes besar-besaran yang dipicu kematian Mahsa Amini pada September 2022 lalu. Amini, perempuan 22 tahun, tewas dalam penahanan polisi moral Iran.
(dna/bac)