Hun Sen kemudian menjadi perdana menteri Kamboja pada 1985 saat dirinya berusia 32 tahun.
Pada 1993, partai Hun Sen, CPP, kalah dalam pemilu dari partai royalis FUNCINPEC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada umumnya, kedua partai itu tak ada yang mendapat suara mayoritas di parlemen. Keduanya pun terpaksa menjadi aliansi untuk membentuk pemerintahan.
Hun Sen mendapat jabatan sebagai Perdana Menteri Kedua saat itu. Namun pada 1977, ia memimpin kudeta berdarah yang menewaskan puluhan pejabat FUNCINPEC dan berhasil menggulingkan Norodom Ranariddh.
Ia melakukan kudeta karena FUNCINPEC mulai berkolaborasi dengan orang-orang Khmer Rouge yang tersisa untuk mengumpulkan kekuatan.
Setelah insiden itu, Hun Sen pun menjadi perdana menteri tunggal Kamboja pada 1998.
Pada 2013, CPP mengklaim kemenangan tipis atas Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) yang dipimpin Sam Rainsy dalam pemilihan umum 2013. Klaim ini pun memicu protes di Phnom Penh.
Demonstrasi berbulan-bulan dari pihak oposisi itu baru selesai pada tahun berikutnya karena kekerasan oleh polisi.
Di tahun ini, Hun Sen pun melarang partai oposisi ikut dalam pemilu sehingga partainya, CPP, memenangkan suara terbanyak.
Partai oposisi itu yakni Partai Cahaya Lilin yang disebut-sebut menjadi penerus tak resmi CNRP.
(blq/bac)